Mohon tunggu...
nasti lamag
nasti lamag Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

life is collection of moments

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku Seorang Wanita Tangguh

12 Mei 2019   12:08 Diperbarui: 12 Mei 2019   14:06 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MARIA MAGDALENA NASSA LAMAG

Bicara tentang ibu tak akan lepas dari orang tua sendiri ,seorang perempuan yang selalu  semangat menceritakan bagaimana proses lahirnya saya yang penuh drama ,Karena di  kota Kupang tahun 1977  sangat  sulit sekali mencari kendaraan untuk mengantarkan ibu ke Rumah sakit Tentara. Bapak saya baru selesai apel malam akhirnya berhasil memberhentikan mobil di tengah jalan  dan memohon pemiliknya mau mengantarkan ibu saya.

Tibalah di Rumah sakit  tentara dan 15 menit kemudian lahir lah saya ,seorang anak perempuan yang sangat di harapkan karena kakak saya keduanya adalah laki laki.Sangking bahagianya bahkan ibu dan bapak saya telah menyiapkan anting emas kecil supaya bisa langsung di tindik di telinga saya padalah gaji tentara kala itu cuma 150 rupiah.

Saya selalu bahagia saat menjelang ulang tahun ia selalu mengulang cerita ini di depan keluarga dan tidak pernah sekalipun ia melupakan ulang tahun kami semua anak anaknya walupun hanya dengan perayaan sederhana .

MASA KECIL KAMI DI ASRAMA BATALION 743 OEBA KUPANG
MASA KECIL KAMI DI ASRAMA BATALION 743 OEBA KUPANG
Membesarkan lima anaknya tentulah bukan hal mudah bagi istri seorang tentara berpangkat rendah dan tinggal di daerah tugas  yang juga penuh konflik dan minim hiburan ,Timor timur (sekarang Timor Leste).Mungkin inilah yang sering membuat ibu saya terlihat  agak emosional dan agak keras kepada anak anaknya.

Saya dulu sering beranggapan bahwa ibu saya adalah perempuan paling galak sedunia dan tidak bisa di ajak diskusi ,tapi setelah saya menjadi seorang ibu dan merasakan sendiri membesarkan 2 orang anak ,barulah tersadar bahwa tidaklah semudah yang kita bayangkan menjadi seorang ibu. Mungkin emosi nya yang kadang seperti tidak terkontrol adalah akibat banyak hal yang harus dia pikirkan ,bagaimana menyiasai kecilnya gaji tentara ,bagaimana anak anaknya bisa mendapat gizi dengan baik ,bagaimana sekolah anak anak nya nanti ,bagaimana tekanan organisasi dan hidup di daerah yang kurang aman.

Hampir setiap bulan selalu melihat tetangganya kehilangan suami satu persatu akibat operasi perang  dan masih segar di ingatan saya bagaimana awal kami tinggal di daerah penuh siaga 1 , setiap ada alarm stelling dan mendengar suara tembakan  kami semua harus sembunyi di got rumah  depan rumah  dan bagaimana ibu saya mengajarkan seluruh anak anaknya untuk mengumpulkan surat surat penting dalam satu tas saja sehingga jika ada keadaan darurat ,tas tersebut wajib kita bawa serta.

Ibu selalu terlihat sebagai pengambil keputusan penting dalam hidup kami ,karena bapak lebih banyak menghabiskan waktunya di daerah operasi bertahun tahun.Jadi saya menyadari sekarang mengapa dulu ibu saya gampang sekali marah ,mungkin karena beban hidupnya sangat banyak yang harus dia pikul sendiri.

Satu yang tidak mungking saya lupa adalah menjelang perayaan tahun baru dan meledaknya Gudang amunisi tentara di Dili  ,ibu saya terlihat panik mengumpulkan anak anaknya dan mengendong adik saya yang waktu itu terus menangis ketakutan,tetapi sebagai seorang ibu ia  berusaha tenang  dan memerintah kakak tertua saya untuk membawa tas yang berisi surat surat penting.

Di tengah ledakan beragam  amunisi sekitar 4 jam tiada henti , ibu menuntun kami ke tempat yang aman  untuk bergabung bersama ibu ibu yang lain ,ia terus memeluk kami hingga akhirnya bapak datang dan memberitahukan situasi telah terkendali  dan  kami sudah boleh kembali ke rumah.

Setelah anaknya satu persatu meraih cita citanya  dan mandiri, terlihat emosinya mulai menurun,sempat saya tanyakan mengapa ia tidak seperti dulu ,dengan senyum ia menjawab bahwa saat kalian telah bekerja dan punya hidup sendiri ia tidak ingin mengatur kehidupan kalian kecuali kalian minta. Saya sempat pernah protes mengapa ia hanya galak kepada anak anaknya  tapi tidak kepada cucu cucunya ,dan di jawab  dengan tenang dan senyum bahwa saya  akan mengerti hal ini setelah  menjadi seorang nenek .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun