Bila senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang, atau ada tidak ridha terhadap limpahan nikmat pada orang lain itulah tanda kecil kedengkian.
Dengki seringkali menjadi awal sebuah kejahatan dan kemungkaran. Siapa pun bisa terjangkit penyakit ini. Seperti Syetan, awalnya hamba Allah yang sholeh namun berubah menjadi menyesatkan ketika terkena penyakit dengki pada Adam.
Ada beberapa pemahaman yang perlu ditanamkan agar dengki bisa diminimalisir. Kita harus paham fitrah dan hukum kehidupan yang bertingkat tingkat dan berbeda beda pada setiap manusia.
Tuhan melebihkan nikmat tertentu pada setiap manusia, itulah hukum kehidupan. Setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, bakat, kecendrung yang berbeda dan bertingkat. Semua adalah ujian untuk melihat kualitas manusia.
Mereka yang dengki karena tidak bisa melihat potensi dirinya sendiri dan hanya melihat kelebihan dan keberlimpahan nikmat pada orang lain.
Mereka yang dengki karena gagal paham bahwa setiap manusia memiliki peran kehidupannya sendiri, sehingga Allah melebihkan hal hal tertentu, karena orang tersebut memegang amanah yang sesuai dengan keberlimpahan yang ada pada dirinya.
Bila hidup itu saling mengisi maka keberlimpahan yang ada pada orang lain sebenarnya untuk mengisi kekurangan yang sebenarnya ada pada diri kita.
Lihatlah hewan, semut tak pernah dengki pada harimau yang kuat dan gagah karena dalam sebuah ekosistem kehidupan semut dan harimau memiliki peran sendiri.
Bila pemahaman ini ada maka yang terjadi adalah saling mendoakan, saling mendukung dan bekerjasama. Awali semuanya dengan saling mendoakan.
Ada sahabat Rasulullah saw yang disebut ahli surga bykan karena ibadah dan amalnya, tetapi karena dia bisa menghilangkan dengki pada manusia.Â
Metode yang dilakukan untuk mengobati dan menghilangkan kedengkian adalah sebelum tidur memaafkan semua orang, juga mendoakan semua orang.