Di masa Umar bin Khatab , tidak saja bercerita tentang kesejahteraan, perluasan wilayah. Tetapi juga penanggulangan krisis. Ini contoh sempurna tentang kepemimpinan.
Krisis ekonomi berlangsung selama 9 bulan akibat kemarau yang membuat tanah menjadi hitam. Angin dipenuhi dengan debu.
Terjadi eksodus besar-besaran dari seluruh Hijaz ke Madinah. Jumlah pengungsi 60.000 orang. Yang Wafat sepertiganya.
Di masa krisis. Umar mengharamkan dirinya makan yang lezat. Makanannya hanya roti kering dan minyak. Tubuh Umar bin Khatab menjadi kurus. Kulitnya hitam.
Umar bin Khatab membagikan sendiri makanan dari bantul mall hingga kosong. Umar dibantu oleh 7.000 relawan. Umar menguburkan dan menshalatkan yang wafat.
Saat baitulmal habis. Umar membuat surat ke para gubernurnya di Syam dan Mesir agar membantu para korban. Menunda pemungutan zakat. Menghentikan hukuman Had. Memimpin langsung shalat Istisqa. Dan meminta seluruh negri melakukan shalat Istisqa.
Di era ini. Umar menyerukan dirinya dan seluruh kaum muslimin untuk memperbanyak istighfar dan bertaubat. Ada kobaran api di sekitar Madinah yang tak bisa dipadamkan. Api itu padam sendiri ketika kaum muslimin bersedekah.
Wabah penyakit Anwas menyebar di Syam. 30.000 kaum muslimin wafat atau setengah penduduk Syam wafat. Abu Ubaidah bin Jarrah dan Muaz bin Zabal wafat. Banyak sekali sahabat yang wafat.
Penyebabnya karena udara kotor yang disebabkan oleh udara  berbau busuk dan polusi karena banyak mayat.  Wabah ini hilang sendiri. Untuk meminimalkan korban, kaum muslimin mencari daerah pegunungan yang berudara sangat bersih.
Cerita tentang Umar Bin Khatab saat krisis sangatlah mengesankan. Prilakunya disimpulkan oleh KH Zainudin MZ dengan singkat. Yaitu, Pemimpin yang pertama kali lapar, dan terakhir kenyang dibandingkan rakyatnya.
Seorang Sahabat berkata,"Andai Allah tidak melenyapkan musibah pada tahun kelabu, kami yakin Umar Bin Khatab akan mati karena kesedihannya."