Mohon tunggu...
Nasrullah Mappatang
Nasrullah Mappatang Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Alumni Fakultas Sastra UNHAS dan Pascasarjana UGM - Pegiat Sekolah Sastra (SKOLASTRA) - Mahasiswa Doktoral/ PhD di University of Malaya, Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesadaran Kritis dan Kesabaran Progresif Kaum Milenial

21 Oktober 2019   12:01 Diperbarui: 21 Oktober 2019   12:33 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencabutan subsidi dan tidak berpihaknya anggaran negara kepada perbaikan nasib rakyat banyak, khususnya kepada Milenial marjinal menengah ke bawah adalah bukti bahwa sistem dan kebijakan berpihak kepada pemilik struktur sosial kelas atas. Lalu, kaum Milenial dan rakyat menengah Ke bawah dapat apa? Sudah bisa dipastikan, dapat susahnya. Disuruh bersabar agar bisa masuk surga? Bisa jadi. Yang pasti, kesadaran kritis akan menginterupsi Khotbah penguasa yang demikian.

Lalu, mengapa kesabaran progresif?
Kesabaran progresif dimaksudkan sebagai 'counter' kesadaran magis yang sering diserukan oleh penguasa kepada rakyatnya, termasuk kepada kaum milenial. Kesadaran magis tak jarang diserukan dengan meminta kaum papa (objek kebijakan) untuk bersabar dan memohon doa kepada Tuhan. Padahal nasibnya ditentukan oleh tangan manusia, tepatnya oleh mereka yang seringkali bertalian dengan penyeru kesabaran tersebut. Olehnya, kaum milenial tidak salah untuk bersabar. Itu penting. Tapi, kesabaran yang dibangun adalah kesabaran progresif.

Apa itu kesabaran progresif?

Kesabaran progresif adalah kesabaran yang dilandasi oleh kesadaran kritis. Kesabaran progresif adalah aksi/tindakan aktif bergerak dengan sabar dan penuh perhitungan. Bukan kesabaran pasif dan memohon pertolongan dari turun langit. Bukan menunggu sang mesias atau ratu adil membebaskan nasib yang malang. Bukan pula kesabaran yang menunggu gundala atau Spiderman untuk membasmi kejahatan. Bukan itu kesabaran progresif.

Kesabaran progresif bukan pula kesabaran yang dilandasi kesadaran naif. Yakni kesadaran yang menyalahkan orang. Bukan kesabaran yang lahir karena menyalahkan penguasa an sich. Tapi, kesabaran yang menyadari bahwa penguasa hanyalah alat dari struktur dan sistem yang dominan dan menindas kaum papa, juga menyusahkan kebahagiaan masa muda kaum milenial. Kesabaran progresif adalah kesabaran yang tahu dan paham kalau keadaan bukan saja karena ada pemimpin yang zalim atau tidak dapat berbuat banyak mewujudkan kesejahteraan rakyat banyak. Tapi, ada struktur dan sistem yang mesti diubah untuk merubah keadaan dan nasib orang banyak dan kaum milenial itu sendiri.

Kesabaran progresif adalah kesabaran yang aktif bergerak. Bahwa kaum milenial mesti menghitung dengan sabar langkah strategi setelah memetakan keadaan. Bagaimana harus bergerak memperbaiki hidup dan keadaan. Kesabaran melatih untuk tidak bersikap dan tidak bertindak reaksioner. Kesabaran aktif yang dilandasi kecerdasan dan perhitungan ilmiah. Bergerak dengan sabar untuk memperbaiki nasib dan keadaan.

Kaum Milenial Indonesia harus berani mengkritik dan mengingatkan pemerintah untuk memberikan subsidi pada kebutuhan dasar masyarakat. Tidak menganggapnya sebagai beban, padahal digunakan untuk membayar utang kepada kreditur. Kaum Milenial harus lantang mendesak penguasa agar menolak neoliberalisme dan pasar bebas, karena keduanya adalah biang kerok penderitaan rakyat Indonesia dan kaum Milenial khususnya hari ini.

Kaum Milenial Indonesia harus menyadari bahwa Kebijakan neoliberal dan pro pasar bebas itulah sebagai penyebab kemunduran Bangsa besar ini. Menteri dan kebijakannya tidak boleh yang menjadi agen kedua agenda neokolim / neo-penjajahan tersebut. Sudah lama Bangsa ini menderita karenanya. Kedaulatan rakyat harus ditegakkan setegak tegaknya di negeri ini. Kaum Milenial haruslah berani menolak kedua agenda tersebut dan mendesakkannya kepada presiden dan wakil presiden yang baru saja dilantik hari ini. Singkatnya, Kaum Milenial Indonesia sudah sepantasnya memegang peran dalam merubah nasib bangsa ini ke arah yang lebih baik.

***

Bukankan nasib suatu kaum ditentukan oleh usaha kaum itu sendiri, wahai kaum milenial?
Olehnya, kesadaran kritis dan kesabaran progresif adalah alatnya. Berpikir kritis, bertindak progresif. Hanya dengan begitu, kaum milenial Indonesia dapat merubah nasib kaum-nya, nasib bangsa-nya.
Hari ini dan esok hari kala surplus demografi menyongsong negeri ini.

Selamat menyambut pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2019-2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun