Mohon tunggu...
Nasrul Hasim (ARUL)
Nasrul Hasim (ARUL) Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA

Penulis realita pemula yang menekuni dunia literasi di dunia maya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenapa Kita Bisa Mengenali Seseorang Hanya dari Suaranya?

20 Juli 2025   18:59 Diperbarui: 20 Juli 2025   18:59 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Kita Bisa Mengenali Seseorang Hanya dari Suaranya. Dokumentasi Pribadi

Pernah nggak sih kamu mengalami momen seperti ini? Lagi duduk santai, tiba-tiba ada seseorang ngomong, dan tanpa perlu lihat wajahnya kamu langsung tahu: "Eh, itu si A!" Padahal kamu cuma dengar suaranya aja, nggak lihat wajah, nggak lihat penampilan, tapi kamu yakin 100% siapa orang itu. Aneh? Sebenarnya nggak. Justru itu adalah salah satu kemampuan luar biasa dari otak manusia. Tapi kenapa sih kita bisa mengenali seseorang hanya dari suaranya? Yuk kita bahas lebih dalam.

Suara manusia itu ibarat sidik jari, unik dan beda-beda. Bahkan suara kembar identik pun pasti tetap ada bedanya, meskipun kadang butuh telinga yang lebih peka buat menyadarinya. Suara kita terbentuk dari berbagai faktor biologis, mulai dari bentuk pita suara, ukuran rongga mulut, tenggorokan, hingga cara kita mengatur napas saat bicara. Semua itu menciptakan getaran yang menghasilkan suara dengan "warna" tertentu.

Dalam istilah ilmiah, hal ini disebut timbre atau warna suara. Timbre inilah yang membuat suara seseorang terdengar berbeda dengan orang lain, walaupun mereka mengucapkan kata yang sama. Misalnya, suara berat dan dalam seperti penyiar radio, suara cempreng yang nyaring, atau suara lembut yang menenangkan. Semua itu adalah identitas unik yang bisa dengan mudah kita kenali.

Ketika kita sering mendengar suara seseorang, otak kita secara otomatis akan menyimpan 'jejak suara' tersebut di memori. Sama seperti kita mengingat wajah, bau, atau tulisan tangan seseorang. Suara termasuk dalam memori sensorik yang kuat. Itulah kenapa tanpa sadar, kita bisa langsung menebak siapa yang berbicara hanya dari suaranya.

Penelitian neurosains menyebutkan bahwa bagian otak yang berperan dalam mengenali suara adalah temporal lobe, khususnya di bagian auditory cortex. Bagian otak ini bekerja layaknya 'detektor suara', menyimpan dan membandingkan suara yang masuk dengan suara-suara yang sudah pernah kita dengar sebelumnya. Jika ada kecocokan, otak akan langsung memberi tahu: "Ini suara temanmu, ini suara ibu kamu, ini suara pacarmu." Semua itu terjadi dalam waktu sepersekian detik, cepat banget sampai kita kadang nggak sadar prosesnya.

Suara itu bukan cuma soal bunyi. Di dalam suara, ada emosi yang terpancar. Orang terdekat kita biasanya punya cara bicara yang khas: intonasi, kecepatan, bahkan nada saat sedang sedih, marah, atau senang. Semua itu bisa jadi 'kode rahasia' yang cuma bisa dipahami oleh orang-orang terdekatnya.

Misalnya, kamu pasti bisa membedakan suara temanmu ketika lagi bahagia sama ketika dia lagi bete, kan? Walaupun kata-katanya sama, tapi nadanya pasti beda. Otak kita peka banget sama hal-hal kayak gitu. Inilah kenapa kita bisa lebih mudah mengenali suara orang yang sudah lama kita kenal, karena otak kita bukan cuma menyimpan suaranya, tapi juga memori emosionalnya.

Jawabannya sederhana: karena sering kita dengar. Semakin sering kita mendengar suara seseorang, semakin kuat 'jejaknya' di otak kita. Apalagi suara orang-orang yang punya peran penting dalam hidup kita, seperti orang tua, sahabat, pasangan, atau rekan kerja. Otak kita akan memprioritaskan memori suara mereka dibanding orang asing.

Makanya jangan heran kalau kamu tiba-tiba dengar suara ibu kamu dari kejauhan, langsung reflek noleh meskipun belum tentu benar. Atau pas lagi di tempat ramai, tiba-tiba ada yang manggil pakai suara teman kamu, langsung deh kamu peka.

Di era digital seperti sekarang, teknologi pengenal suara atau voice recognition memang sudah canggih, tapi tetap saja belum bisa 100% akurat seperti otak manusia. Kenapa? Karena teknologi cuma menganalisis gelombang suara, frekuensi, dan pola bicara. Sedangkan otak manusia, selain menganalisis suara, juga menambahkan unsur kenangan, konteks, emosi, bahkan intuisi dalam proses mengenal suara.

Contohnya, Google Assistant atau Siri mungkin sering salah mengenali suara kita kalau suara kita sedang bindeng, batuk, atau ngomong sambil ngantuk. Tapi ibu kita? Pas kita ngomong, "Ma... aku sakit..." meskipun suaranya parau, langsung paham, "Oh ini anak gue." Inilah bedanya otak manusia dan mesin.

Ada kalanya kita lebih ingat suara seseorang ketimbang wajahnya. Misalnya, penyiar radio. Kita bisa hafal banget suara mereka padahal belum tentu pernah lihat wajah aslinya. Atau dosen yang sering ngisi materi lewat Zoom, kita langsung tahu "Oh ini Pak Fulan!" meskipun tampilannya kadang buram.

Bahkan suara bisa membekas lebih lama daripada wajah. Coba pikirkan, kita mungkin lupa wajah teman SD yang sudah 10 tahun nggak ketemu, tapi kalau tiba-tiba dengar suaranya yang khas, memori itu bisa muncul kembali.

Kemampuan mengenali suara ini bukan hal baru. Sejak zaman purba, manusia sudah sangat mengandalkan suara untuk bertahan hidup: mengenali suara anggota kelompok, suara ancaman, hingga suara binatang. Jadi, kemampuan ini bukan cuma soal kecanggihan otak modern, tapi sudah terpatri sejak lama dalam insting kita.

Di zaman serba visual kayak sekarang, mungkin suara jadi kurang diperhatikan. Tapi di masa lalu, suara punya peran penting buat komunikasi jarak jauh, tanda bahaya, atau sekadar penanda identitas. Tanpa melihat pun, manusia sudah terbiasa mengandalkan telinga.

Jadi, kenapa kita bisa mengenali seseorang hanya dari suaranya? Jawabannya karena suara itu unik, otak kita canggih, dan ada banyak memori yang tersimpan di balik suara tersebut. Suara bukan cuma soal frekuensi, tapi juga soal kenangan, emosi, bahkan kedekatan batin.

Kalau dipikir-pikir, suara itu memang ajaib. Lewat suara, kita bisa menyampaikan banyak hal: perasaan, pesan, bahkan identitas diri. Jadi jangan heran, meskipun teknologi makin maju, kemampuan manusia mengenali suara akan selalu lebih istimewa. Karena di balik suara, ada cerita, ada kenangan, dan ada perasaan yang tak bisa diukur hanya dengan angka atau gelombang suara.

Dan ingat, lain kali kalau kamu ditelepon seseorang tanpa menyebut nama, coba dengarkan baik-baik. Siapa tahu, suara itu lebih jujur daripada tampilan foto profilnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun