Beberapa kali aku mengulur-ulur waktu setiap kali istriku mengajak bertemu. Setelah beberapa kali aku batalkan janji, wanita itu terlihat begitu kesal padaku. Celakanya, kekesalan itu dia lampiaskan padaku setiap kali aku di rumah. Bawaannya selalu marah-marah, dan hampir-hampir semua yang aku lakukan salah di hadapannya. Belakangan wanita itu terlihat begitu kasar pada anak-anakku.
Lucunya, dia selalu mengadukan kekesalannya padaku via akun palsuku. Bujuk rayu via akun palsuku saja yang mampu membuatnya luluh, dan mengubah sikapnya terutama pada anak-anakku. Hanya saja itu tak bertahan lama. Sepertinya dia sudah tak betah bersamaku dan anak-anakku. Dia hanya ingin bersamaku, si Zainal Palsu meski sekedar melepaskan rindu.
Aku tak punya pilihan lagi saat dia memaksa meminta nomor teleponku. Dia begitu marah saat aku enggan memberinya nomor handphone meski aku menolak dengan beribu alasan. Dengan berbagai bujuk rayu, akhirnya aku mengajaknya bertemu di sebuah hotel, sementara di rumah aku bilang padanya akan ke luar kota.
Aku sudah menunggunya di hotel saat istriku tiba di hotel itu, tetapi beberapa lama kubiarkan dia menunggu di lobby hingga rona wajahnya tampak begitu gelisah. Beberapa kali dia kirim pesan inbox padaku, tetapi aku selalu memintanya menunggu. Aku benar-benar tak tahu yang harus kulakukan pada istriku.
Aku benar-benar tak tahu apa reaksi istriku bila tahu aku hanya Zainal palsu. Saat kulihat dia mulai tak sabar dan berniat beranjak keluar, aku segera menelponnya.
"Mama jangan pergi dulu" pintaku.
"Pergi ke mana?" Sahutnya seakan tak paham maksudku, tetapi wajahnya menoleh ke sana ke mari seperti curiga padaku.
"Mama duduk aja dulu di lobby" pintaku sembari mendekatinya.
"Lho, pah? Katanya ke Jakarta?" Pekiknya dengan wajah terkejut.
"Hemh..." Gumamku menahan perasaan, dan wanita itu tampak mematung di hadapanku.
"Kita ke restoh dulu. Mama belum makan, kan?" Sambungku seraya menarik lengannya sambil berjalan ke sudut resto yang telah kupesan. Dia hanya menurut dan berusaha tenang meski rona wajahnya tampak kebingungan. "Sudahlah..." sergahku saat dia mencoba keluarkan iphone dari tasnya.