8
Departemen Pertanian
Departemen Cucuk Tanam
Kata Departemen Cucuk Tanam memang lebih terasa melayu (indonesianya, cocok Tanam) jika dibandingkan Departemen Pertanian, Karena kata Pertanian asal katanya dari Hutani (membuka hutan yang dilakukan oleh pembuka ladang untuk bercocok tanam, para pekerja ladang kemudian disebut petani/perhutani) jadi kalau mau konsisten Indonesia harus menggunakan Departemen Perhutani, bukan pertanian.
9
Dan sebagainya
Penulis artikel itu bermaksud mengatakan, bahwa masih banyak kata-kata bahasa Indonesia kemudian dilupakan dalam bahasa percakapan dan bahasa tulis, dan diganti dengan istilah asing yang katanya kedengaran lebih modern dan keren. Kita orang Indonesia memang sering merasa rendah diri bila berhadapan dengan bangsa lain, baik dalam hal pergaulan maupun dalam hal berbahasa dan gaya (life stile) juga dalam hal tradisi dan budaya, apalagi budaya dan bahasa daera yang terancam punah. Begitu, pendapat si penulis artikel yang dimuat di Kompasaiana,com, sebagai suatu bentuk tulisan yang dianggap inspiratif.
Bagi penulis (Nasin) bahasa Indonesia adalah bahasa yang penuh dengan berkah. Sebagai pegawai negeri sipil yang berprofesi tambahan sebagai penulis, merasa sangat berhutang budi dengan bahasa Indonesia, sebab dengan mengutak-atik bahasa Indonesia, baik untuk dijadikana rtikel maupun buku, telah memberikan imbalan fisik dan psikis yang luar biasa. Imbalan fisik tentu berupa royalti atau uang hasil penjualan naskah, dan imbalan psikis adalah kebanggaan ketika naskah diterbitkan menjadi sebuah buku.
Adapun mengenai beberapa istilah yang sudah jarang digunakan dan digantai dengan bahasa lain, termasuk istilah asing, memang benar terjadi. Namun hal itu, juga bukan berarti kita tidak bangga dengan bahasa Indonesia. Istilah-istilah asing itu memang menjadi sangat familiar dengan kita, karena setiap hari di depan mata kita terjadi kata “delete, enter, cancel, copy, paste”, dan lain-lainnya yang ada di keyboard komputer kita, sehingga sering kita ucapkan. Namun, kata-kata itu memang tidak baku, dalam penulisan resmi, tentu tetap ditandai, misalnya dengan huruf miring maupun tanda kutip.
Pertanyaan berikutnya, apakah bangsa Malaysia itu sendiri mengadopsi istilah asing atau tidak dalam kamus bahasa mereka, atau mereka sama sekali tidak menggunakan istilah asing dalam percakapan mereka? Sebagai seorang guru yang pernah tinggal selama dua tahun di Malaysia, ternyata sebagai negara bekas jajahan Inggris, yang termasuk ke dalam negara Kamenwel (istilah Malaysianya), Malaysia juga banyak mengadopsi bahasa Inggris ke dalam bahasa Malaysia, seperti kata Playwood (triplek), Somel (Pabrik kayu lapis), heksaw (gergaji), hospital (rumah sakit), girafa (jerapah), karang (aliran listrik), dan lain-lain. Bukan itu saja, bahasa Inggris dijadikan bahasa kedua, sehingga buku-buku mata pelajaran, selain bahasa Melayu menggunakan dwibahasa, dua bahasa yakni Inggris dan Malaysia, bahkan dulu seluruhnya menggunakan bahasa Inggris.
Dalam pidato-pidatonya, para Menteri negara Malaysia sering menggunakan bahasa Inggris. Hal itu adalah bukti bahwa bangsa Malaysia pun justru lebih sering menggunakan bahasa Inggris. Artinya, dalam memaknai kecintaan kita kepada bahasa Indonesia, tidak dapat nilai hanya dengan banyak munculnya penggunaan istilah asing. Namun, secara keseluruhan mereka menggunakan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Indonesia secara meluas adalah suatu hal yang bagus, karena hal itu menjadi sarana untuk persatuan dan kesatuan. Di mana pun tempatnya, kalau kita menggunakan bahasa Indonesia, maka seakan-akan kita terlah dipersatukan, dan kita dijadikan saudara. Demikian halnya, mereka yang menggunakan bahasa Melayu, meskipun dengan perkenambangan kosataka yang sedikit berbeda, akan terasa adanya persaudaraan.
Nah, sekarang sudahkah kita menjadi bangsa Indonesia yang mencintai bahasa Indonesia? Hal itu tentu sangat tergantung pada diri kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Baran, Muhammad. 2012. Bahasa Indonesia Vs Malaysia. Kompasiana.com, tanggal 13 Juli 2012.
Nasin Elkabumaini, M.Pd. 2011. Aku Cinta Bahasa Indonesia.Bandung: Wahana Iptek
www.Kamus bahasa Indonesia Online.
www.ensiklopedi bebas bahasa Melayu
TENTANG PENULIS
Nasin, S.Pd., M.Pd. lahir di Kebumen, tanggal 9 April 1969, kini menjadi staf di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (P4TK BMTI) Bandung, yang beralamat di Jalan Pasantren KM 2 Cibabat Cimahi, Jawa Barat. Menyukai dunia tulis menulis, dan kini tinggal bersama keluarga di jalan Trubus No. 21 RT09/RW15 Komplek Tanimulya Indah, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. CP: 085721183519
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI