Mohon tunggu...
Oscarnoise
Oscarnoise Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Future is on your hand

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sumbang Ekonomi Digital Terbesar Se-ASEAN, Indonesia Siap Bersaing di Kancah Dunia

9 Oktober 2019   23:08 Diperbarui: 9 Oktober 2019   23:13 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
infokomputer.grid.id

Disruptive Technology biasa dikenal masyarakat dengan Revolusi Industri 4.0. Siapapun yang tidak cepat tanggap mengadopsi teknologi, maka perlahan akan tertinggal dengan teknologi yang lebih baru dan maju. Hal itu akan berpengaruh pada perilaku bisnis dan kondisi ekonomi global. Selayaknya saat ini telah dikenal dengan nama Ekonomi Digital.

Ekonomi Digital merupakan aspek ekonomi berbasiskan pada pemanfaatan dan pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi digital.

Ada 5 teknologi paling potensial yang dapat memicu percepatan pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, antara lain mobile internet, big data, internet of things, automation of knowledge, dan cloud technology.

Ekonomi digital saat ini sedang berkembang pesat di Asia Tenggara seiring dengan besarnya potensi pasar dan dana para investor. Google menobatkan Indonesia sebagai negara bernilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan valuasi mencapai Rp 556,28 triliyun (setara US$40 miliar).

Jumlah tersebut menyumbang 40 persen dari total nilai ekonomi internet di Asia Tenggara mencapai US$100 miliar yang disebabkan oleh dorongan perkembangan yang signifikan dari sektor ride-hailing dan e-commerce.

Data e-Economy SEA 2019 dari Google, Temasek, dan Bain & Co menyebutkan bahwa diperkirakan pada 2019 sektor e-commerce akan tumbuh 12 kali lipat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 88 persen dari tahun 2015 hingga mencapai US$21 miliar.

Sementara sektor ride-hailing akan tumbuh 6 kali lipat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 57 persen hingga mencapai US$6 miliar.

Diprediksikan bahwa sektor e-commerce akan mencapai US$82 miliar dan sektor ride-hailing akan mencapai US$18 miliar pada 2025 mendatang.

Sektor digital lain juga diprediksi akan mengalami pertumbuhan pada 2019 antara lain online travel bisa mencapai 19 persen (US$4 miliar) dan akan menembus US$9 miliar pada 2025.

Di lain sisi online media yang meliputi layanan iklan online, game online, musik, dan video berlangganan bisa mencapai 56 persen (US$3 miliar) pada 2019 dan akan terus tumbuh hingga angka US$7 miliar pada 2025.

Rudiantara (Menteri Komunikasi dan Informastika) mengatakan bahwa investasi ekonomi digital di Indonesia bisa menembus US$133 miliar (setara Rp 1.862 triliun) di tahun 2025.

Pasar di Indonesia merupakan pasar besar didominasi oleh aktivitas startup yang tumbuh dengan sendirinya dengan dibuktikan 5 perusahaaan bisa menjadi unicorn, antara lain Gojek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, hingga terakhir OVO.

Pemerataan penetrasi internet di Indonesia menjadi perhatian pengamat ekonomi saat ini. Pasalnya hal itu menjadi penghalang pertumbuhan ekonomi digital perusahaan di Indonesia.

Lain halnya dengan Negara Thailand. Meski hanya berkisar 47 juta pengguna internet, namun pada sektor ekonomi digital bisa memberi sumbangan produk domestik bruto negara lebih tinggi daripada Indonesia, sebab penetrasi akses internet yang mendekati absolut.

Memang kondisi ekonomi global sedang tidak mendukung adanya investasi. Wajar jika muncul kekhawatiran terkait lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia telah menyiapkan strategi kebijakan yang mendukung investasi masuk ke dunia ekonomi digital.

Tren investasi digital tahun 2019 menurun 17 persen, namun masih dalam tataran iklim dan potensi yang sehat. Hingga semester I, investasi ekonomi digital tumbuh US$7,1 miliar. Dari hasil tersebut, Indonesia mampu menyerap untung hingga US$1,8 miliar.

Menyadari potensi investasi ekonomi digital semakin besar, tiga tahun belakangan ini para konglomerat dan perusahaan besar mulai menanamkan kekayaannya untuk startup di Indonesia.

Tak terkecuali perusahaan Plug & Play (lembaga akselerator asal AS) yang sudah menggandeng Astra International, BNI, BUMA, Sequis Life, Bank BTN, GGF, dan Sinarmas sebagai mitra.

Tantangan Ekonomi Digital di Indonesia

Revolusi Industri 4.0 mendorong berbagai negara di dunia untuk terus berinovasi dan mengembangkan sistem perekonomian digital. Mempersiapkan strategi jitu bukanlah soal mudah. Justru menjadi tantangan serius bagi investor untuk memprediksi keuntungan jangka panjang.

Bicara soal ekonomi digital tidak bisa dilepaskan dari keamanan siber (cyber security). Sebagai negara berkembang dengan peluang investasi besar, Indonesia memiliki transaksi online yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Tentu hal ini menjadi celah bagi oknum tak bertanggungjawab untuk menyerang melalui dunia siber. Data menyebutkan bahwa Indonesia pernah mendapat 1.225 miliar serangan siber setiap harinya.

Ransomeware, menyerang website yang bergerak di bidang ekonomi digital. Bank Sentral Bangladesh dan Malaysia pernah terkena dampak dari serangan ransomeware yang menimbulkan kerugian besar.

Kejadian tersebut menjadi koreksi dan masukkan agar pemerintah menciptakan sistem keamanan internet yang mumpuni guna menjaga transaksi dan investasi ekonomi digital.

Perekonomian digital membawa persaingan pasar semakin ketat. Berkembangnya e-commerce seolah menjadi keran bagi produk asing masuk ke Indonesia dengan mudah sehingga produk lokal akan semakin tergerus oleh produk asing yang cenderung dijual dengan harga terjangkau.

Produk Cina menjadi barang yang paling menjamur di Indonesia. Kenyataan itu seolah membuat UMKM kurang diminati oleh sebagian masyarakat.

Maka, perlu adanya sinergi antara pemerintah dan pihak swasta untuk mengenalkan produk dalam negeri ke seluruh penjuru dunia serta memperbaiki kualitas produk dengan inovasi kreatif melalui digital ekonomi.

Adapun yang menjadi tantangan lain yaitu minimnya sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas dalam mendongkrak ekonomi digital di Indonesia.

Hal ini tentunya menjadi persoalan serius bagi pemerintah. Pasalnya pendidikan sekarang cenderung tidak serta merta menjadi kebutuhan yang utama. Edukasi perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kemauan manusia sesuai bidang sehingga tercipta bakat-bakat pelaku ekonomi yang berani mendorong kemajuan ekonomi digital.

Selain itu, ketersedian akses internet menjadi poin yang tak kalah penting dalam pengaruhnya terhadap investasi pemodal untuk mendorong kemajuan infrastruktur ekonomi digital.

Fakta menunjukkan bahwa hanya sebagian wilayah di Indonesia yang memperoleh akses internet berkualitas yaitu di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara wilayah lain belum sepenuhnya terjamah akses internet sehingga pertumbuhan ekonomi digital sedikit melambat.

Tantangan berikutnya mengenai regulasi dan dasar hukum yang terkesan tertatih-tatih dalam mengejar perkembangan zaman, sebab aturan main digital ekonomi di Indonesia tidak ditangani secara optimal.

Dengan begitu, diharapkan pemerintah segera membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur jalannya perekonomian digital nasional yang mampu melindungi hak-hak konsumen dan pelaku ekonomi digital, serta mempermudah pemasukan investasi demi terciptanya cita-cita negara Indonesia yang siap bersaing di kancah Dunia.

Pontianak, 9 Oktober 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun