Pak Joko, lelaki berusia hampir puluh tahun itu duduk di teras rumahnya. Malam sudah larut ketika kami mengunjunginya. Di temani lima orang karyawannya yang sedang melepas lelah, di pandanginya puluhan karung berisi plastik di pelataran rumahnya.
"Karung-karung itu berisi kerasan (plastik jenis keras seperti HI dan ABS)," jelas Pak Joko. "Lagi nggak laku. Delapan ratus rupiah satu kilogram dari yang biasanya empat ribu. Dan dengar-dengar akan turun lagi."
Pak Joko adalah satu dari puluhan pengusaha limbah plastik yang terimbas secara tidak langsung oleh mewabahnya Virus Conona di Tiongkok.
Semenjak sebulan yang lalu, perusahaan eksportir plastik ke Tiongkok yang biasa menerima beras (plastik giling) jenis kerasan dari Pak Joko menghentikan sementara pemesanan terutama jenis PC, HI dan ABS.
Akibatnya, banyak usaha penggilingan plastik keras seperti milik Pak Joko yang akhirnya menghentikan juga produksinya, bahkan tidak sedikit yang beralih ke plastik jenis lain yang masih laku dipasaran, seperti paralon dan PVC.Â
Seperti yang dilakukan Sutris (40) pemilik penggilingan plastik, sudah sebulan ini meninggalkan plastik jenis keras dan beralih menggiling paralon. Dia membiarkan plastik jenis kerasannya menumpuk di gudang sambil berharap harga plastik segera membaik.
Setidaknya Sutris lebih beruntung daripada Fajar. Fajar terpaksa harus merelakan truk miliknya untuk dijual demi menutup tagihan hutang di bank karena bisnis penggilingan plastiknya gulung tikar akibat harga jual plastik keras giling terjun bebas.
Para pengusaha limbah daur ulang plastik keras ini berharap agar harga kembali stabil dan kran permintaan ekspor segera kembali terbuka.
Sebagai tambahan pemahaman tentang plastik jenis keras yang dimaksudkan dalam dunia perdagangan adalah plastik jenis:
1. ABS (mis. Plastik body motor),
2. HI (mis. Plastik Body tv/radio),
3. PS (mis. Plastik bening bungkus nastar / kue lebaran),
4. PVC (Mis. Plastik pipa air dan bungkus astor),
5. PC (Mis. Kaca helm),
6. PET (Mis. Botol air mineral)
