Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Facebook Page, Jadi Bukti Motif Pembunuhan di Chapel Hill?

14 Februari 2015   11:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:12 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mengawali tulisan ini dengan mengutip pernyataan penting dari Barry Saunders: "If the deaths resulted from a hate crime, it is an international tragedy." Saunders juga menyatakan, "If the deaths came simply because a man was consumed with a general hate for all humanity -- heck, then it's still an international tragedy."

Kedua kalimat penting di atas, saya setuju sepenuhnya, dikemukakan Saunders berkenaan dengan pembunuhan di Chapel Hill yang menewaskan: Deah Shady Barakat (23), Yusor Mohammad (21), dan Razan Mohammad Abu-Salha (19).

Pertanyaannya adalah apakah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang atheis bernama Craig Stephen Hicks (46) dapat dikategorikan sebagai hate crime?

"Meracuni sumur" (poisoning the well)

Saya fleksibel untuk menerima klaim Pepih Nugraha (PN) dalam tulisannya yang saya tanggapi kemarin bahwa Media Barat mengidap standar ganda dalam pemberitaan, khususnya ketika itu menyangkut umat Muslim. Itu bisa saja terjadi. Dan saya masih berharap PN dapat membuktikan klaim ini dengan mengajukan contoh lain, ketimbang menggunakan weak analogy antara kasus Charlie Hebdo dan Chapel Hill yang juga sudah saya bahas!

Yang menarik perhatian saya adalah adanya klaim bahwa Media Barat pasti bias, maka tidak dapat dipercaya atau setidaknya diragukan keakuratannya, ketika menyajikan berita mengenai umat Muslim. Euforia seperti ini, atas dasar all-or nothing approach, langsung memberi cap negatif kepada Media Barat. Dan menariknya, cap itu makin kuat disuarakan tatkala pemberitaan Media Barat tidak seturut dengan asumsi atau apa yang ingin di dengar oleh umat Muslim. Mereka menuding itu disebabkan oleh Islamphobia. Anda bisa membaca euforia seperti ini di kolom komentar pada tulisan PN maupun tulisan tanggapan saya terhadap PN kemarin. Termasuk kesan ini kuat di dalam tulisan PN!


Sikap seperti di atas merupakan sikap yang tidak patut! Tidak patut karena itulah yang disebut dengan tindakan "meracuni sumur" (poisoning the well). Mengenai poisoning the well fallacy, filsuf T. Edward Damer (Attacking Faulty Reasoning), menjelaskan,

This fallacy is called poisoning the well because its intended effect is to discredit the source of an argument or point of view in such a way that it precludes any need to consider the merit of that position. In other words, it “damns the source,” so that nothing that comes from that source, because of the arguer’s personal characteristics or motives, will be regarded as worthy of serious consideration.


Sekarang menjadi jelas bahwa Anda sebaiknya membuang jauh-jauh penyakit alergi Anda terhadap Media Barat. Jika ada standar ganda, biarlah itu dinilai kasus per kasus, tapi jangan pernah membuat label bahwa Media Barat pasti tidak handal hanya karena isinya tidak seperti asumsi Anda atau tidak seperti yang Anda ingin dengar!

Perdebatan mengenai motif

Menurut penyelidikan polisi dan FBI sampai pada tulisan ini dipublikasikan, kepada publik ada pernyataan resmi bahwa pembunuhan tersebut tidak dilatari atau dimotivasi oleh kebencian agama terhadap para korban. Meski demikian, pihak polisi maupun FBI terbuka untuk kemungkinan mengenai motif kebencian agama tersebut dan berjanji untuk mengadakan penyelidikan lanjutan yang serius mengenai hal tersebut.

Istri Hicks sendiri percaya bahwa motif kebencian agama tidak ada kaitannya sama sekali dengan pembunuhan tersebut. Sementara itu, seorang pengacara bernama Rob Maitland menyatakan bahwa pelakunya mungkin saja perlu diperiksa soal kesehatan mentalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun