Mohon tunggu...
Nararya
Nararya Mohon Tunggu... profesional -

Blog pribadi: nararya1979.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal, Skandal Sejarah Kelahiran Yesus

21 Desember 2014   14:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:49 1550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada abad ketiga, seorang filsuf Neo-Platonisme bernama Phorpyry membumbui asersi Celsus kemudian menyatakan bahwa Maria diperkosa oleh seorang serdadu Romawi, Panthera. Tudingan semacam ini juga terdapat dalam Talmud (salah satu literatur Yahudi Rabbinik abad IV M) bahwa Yesus lahir karena skandal Maria dan Panthera (b. shabb. 104b;bnd. y. Sabb. 14d; y. ‘Abod. Zar. 40d, 41a; b. ‘Abod. Zar. 27b; Qoh. Rab. 1.8).

Asersi bahwa Yesus adalah "anak haram" sebagaimana yang sudah diperlihatkan di atas sempat "hilang" dalam perederan sejarah. Lalu, pada abad ini, muncul sejumlah publikasi akademis yang mencoba menghidupkan kembali asersi tersebut. Beberapa di antaranya


  • James Tabor (The Jesus Dynasty: The Hidden History of Jesus, His Royal Family, and Birth of Christianity) - sebagai catatan: Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
  • Jane Schaberg (The Illegitimacy of Jesus: A Feminist Theological Interpretation of Infancy Narratives)
  • John Dominic Crossan, "Virgin Mother of Bastard Child?," in  HTS 59 (2003): 663-691


Tabor dan Crossan menghidupkan kembali asersi Celsus, sementara Schaberg membaca narasi masa kanak-kanak Yesus dari lensa asersi Phorpyry.

Omong Kosong Sejarah

Karena buku Tabor sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, saya perlu memberikan beberapa respons evaluatif di sini mengenai klaim Tabor (dan para penulis lainnya) bahwa status "anak haram" bagi Yesus adalah sebuah status sejarah (fakta). Klaim seperti ini lebih tepat merupakan omong kosong sejarah ketimbang sebuah sejarah!

Pertama, kaitan antara kelahiran Yesus dengan Panthera baru muncul pada abad kedua Masehi. Tidak ada bukti sejarah pada abad pertama yang mendukung asersi bahwa Yesus lahir akibat skandalnya dengan Panthera. Maka pertanyaannya, mengapa nama "Panthera" muncul di sini? Apa yang melatarbelakanginya? Pertanyaan-pertanyaan ini mengantar kita kepada poin berikut.

Kedua, kita harus mengetahui bahwa menurut sumber-sumber sejarah abad pertama (kitab-kitab Injil kanonik: Matius dan Lukas), Yesus lahir dari seorang perawan. Dan kata Yunani yang berarti "perawan" adalah παρθένος (parthenos). Itulah sebabnya, banyak pakar sejarah yang menyatakan bahwa munculnya nama/kata "Panthera" sebagai plesetan atau olok-olokan dalam bentuk permainan dari orang-orang Yahudi terhadap Yesus dengan mengacu kepada klaim bahwa Yesus lahir dari seorang parthenos. Saya mencantumkan tulisan dari sejumlah pakar yang berargumentasi seperti ini, antara lain:


  • Joseph Klausner, Jesus of Nazareth (New York: Menorah, 1979), 23-24;
  • F.F. Bruce, Jesus and Christian Origin Outside the New Testament (Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1974), 57-58;
  • Craig A. Evans, Merekayasa Yesus, terj. Johny The (Yogyakarta: Andi, 2007), 271;
  • Tobias Nicklas, “The Bible and Anti-Semitism,” in The Oxford Handbook of the Reception History of the Bible, eds. Michael Lieb, Emma Mason, and Jonathan Roberts (Oxford: Oxford University Press, 2011), 272.
  • Ben Witherington III, Apa yang telah Merea Lakukan terhadap Yesus? Bantahan terhadap Teori-teori Aneh dan Sejarah ‘Ngawur’ tentang Yesus, terj. James Pantou (Jakarta: Gramedia, 2007), 400-401.


Harus diakui bahwa tidak ada bukti tekstual abad pertama yang secara eksplisit mendukung argumen beberapa pakar pada argumen kedua di atas. Tetapi, logika sejarah untuk argumen tersebut tetap solid untuk diasumsikan. Seperti yang sudah diringkas pada argumen pertama di atas, bukti-bukti sejarah yang mendukung gagasan bahwa Yesus lahir dari seorang parthenos (perawan), mendahului desas-desus mengenai skandal Maria dan Panthera. Jadi, jika kita bersikap jujur terhadap bukti-bukti sejarah, maka kita harus lebih bisa menerima klaim bahwa Yesus lahir dari seorang perawan ketimbang percaya bahwa Yesus lahir akibat skandal Maria dan Panthera!

Dan ketiga, saya ingin mendebat rekonstruksi Tabor secara khusus di sini. Menurut Tabor skandal Yesus dan Panthera dapat dibaca guratannya dalam Matius 7:14 yang menyatakan Yesus pergi ke Tirus dan Sidon lalu berdiam di situ. Tabor menduga bahwa Yesus pergi ke Sidon untuk menemui ayah-Nya, Panthera, yang tinggal di Sidon (di pantai sebelah utara Mediterania). Ia mendukung dugaan ini bahwa pada tahun 1895, di Bingerbruck, Jerman, ditemukan prasasti pada sebuah kuburan yang tertera tulisan berikut:

Tiberius Julius Abdes Pantera dari Sidon, umur 62 tahun, prajurit yang sudah bertugas selama 40 tahun, dari kelompok pertama pemanah, terbaring di sini.


Ia berargumentasi bahwa kata "Abdes" adalah transliterasi kata "Ebed" (bahasa Aramaik) yang berarti "pelayan" atau "budak". Lalu ia menyatakan, Panthera mungkin awalnya adalah seorang budak yang dibebaskan oleh kaisar Tiberius dari status tersebut lalu menjadi seorang tentara Romawi.

Orang yang awam dalam studi sejarah, akan segera berpikir bahwa rekonstruksi Tabor cukup "masuk akal" untuk mendukung gagasan mengenai skandal Maria dan Panthera. Tetapi, para pakar sejarah menertawakan rekonstruksi ini. Witherington, misalnya, mengemukakan dua ketidakmungkinan historis dari rekonstruksi Tabor:


  • Maria hidup dalam budaya honor and shame yang sangat kental. Ia hidup sebagai seorang wanita muda Yahudi yang saleh (hal ini diakui juga oleh Tabor). Di samping itu, para gadis Yahudi mendapat pengawasan ketat dari orangtuanya, mengingat hukuman mati yang akan menimpa jika terjadi "kecelakaan" pada anak gadis mereka.
  • Jarak antara tempat tinggal Maria dan Sidon tidak kurang dari 60 KM. Dalam konteks jaman itu di mana pilihan satu-satunya bagi penduduk non pejabat adalah berjalan kaki, bagaimana kita bisa membayangkan bahwa Maria, seorang wanita muda Yahudi, bisa sampai ke Sidon lalu terjadi skandal itu dan tinggal di situ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun