Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Penyebab Kegagalan Komposting Sampah Organik dengan Komposter

21 Agustus 2022   13:09 Diperbarui: 21 Agustus 2022   14:50 1586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil komposting dengan komposter dengan perlakuan yang benar. (Dokumentasi pribadi)

Selain komposter sebagai alat komposting tidak memenuhi kaidah yang seharusnya, kegagalan dalam komposting selanjutnya disebabkan kesalahan penggunaan mikro bakteri (mikroba). Mikroba yang dibutuhkan untuk mendekomposisi sampah adalah mikroba dekomposer.

Menggunakan mikroba yang salah membuat sampah organik di komposter tidak terdekomposisi. (Dokumentasi pribadi)
Menggunakan mikroba yang salah membuat sampah organik di komposter tidak terdekomposisi. (Dokumentasi pribadi)

Dekomposisi atau pembusukan merupakan salah satu perubahan secara kimia yang membuat objek dapat mengalami perusakan susunan/struktur yang dilakukan oleh dekomposer atau media pembusukan. Atau kata lain, dekomposisi adalah proses mengubah susunan/struktur kompleks jadi sederhana.

Oleh karena itu, proses dekomposisi harus dilakukan oleh mikro bakteri yang punya kemampuan untuk mengurai objek, dalam hal ini objeknya sampah organik. Proses dekomposisi inilah yang akan menghasilkan pematusan pada sampah organik. Mikroba dekomposer bekerja cepat mendahului proses fermentasi.

Harus dipahami, bahwa proses dekomposisi berbeda dengan proses fermentasi. Sebab, banyak sekali orang salah paham bahwa proses fermentasi sama dengan proses dekomposisi. Atau, proses dekomposisi disamakan dengan proses fermentasi. Padahal, keduanya merupakan dua hal yang sangat berbeda.

Karena menyamakan proses dekomposisi dengan proses fermentasi, sangat sering terjadi penggunaan mikroba fermentasi untuk tujuan dekomposisi. Itu pun mikroba fermentasi yang khusus proses fermentasi, melainkan mikroba fermentasi yang terkandung di dalam pupuk organik cair (POC) merek tertentu di pasaran. Yaitu, mikroba fermentasi yang seharusnya sudah dijatuhkan/dibebaskan ke tanah, namun masih diminta bekerja kembali untuk memfermentasi objek organik. Atau, diproses untuk diperbanyak mikroba fermentasi tersebut dengan cara yang sama untuk pengembangbiakan mikro organisme lokal (MOL).

Proses dekomposisi adalah penguraian tanpa mengubah unsur, sehingga kandungan dalam objek tidak berubah. Sementara proses fermentasi adalah proses perubahan dari intisari objek berupa pati atau gula menjadi alkohol atau asam. 

Proses fermentasi tidak membutuhkan oksigen alias anaerob. Maka jangan heran jika proses fermentasi menghasilkan bau asam khas sampah. Itulah gas metana yang tercipta dari proses fermentasi atau pembusukan anaerob. 

Sampah organik berubah menjadi seperti tanah dengan proses dekomposisi yang benar. (Dokumentasi pribadi)
Sampah organik berubah menjadi seperti tanah dengan proses dekomposisi yang benar. (Dokumentasi pribadi)

Proses fermentasi tercatat membutuhkan waktu yang lebih lama dari proses dekomposisi. Banyak kegagalan komposting yang menyebabkan banyak sekali komposter mangkrak karena salah menggunakan mikro bakteri. 

Mikroba fermentasi digunakan untuk dekomposisi sampah organik. Jelas tidak bisa, dan pasti tidak sesuai harapan. Sampah organik yang masuk komposter dengan mikroba fermentasi akan lama berproses. Sehingga komposter keburu penuh, kompos sama sekali belum jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun