Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dunia Metaverse yang Berarti Tren Peningkatan Sampah Rumah Tangga

23 Desember 2021   08:02 Diperbarui: 23 Desember 2021   17:26 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di masa depan kepadatan lalu lintas akan hilang karena orang lebih banyak di rumahnya. (Dokpri)

Di dunia baru: Metaverse, ruang gerak orang-orang akan makin terbatas dan sempit. Semua kegiatan di dunia nyata bisa dilakukan di rumah, seperti berbisnis, bersekolah, bekerja kantoran, bersilaturahim, atau berlibur. 

Bisa jadi semua siklus hubungan manusia mulai dari pacaran, tunangan dan menikah juga dilakukan secara online dari rumah masing-masing. Baru setelah itu pasangan akan bertemu untuk membangun rumah tangga, punya anak, menyekolahkan anak, hingga menikahkan anaknya, semua kembali dilakukan secara online dari rumah.

Hadir di acara-acara sosial juga akan begitu. Datang di acara ulang tahun, pertunangan, pernikahan, kelahiran, sampai takziyah kematian kelak akan dilakukan dari rumah. Secara teknologi, orang-orang tetap dihitung kehadirannya dalam berbagai kegiatan dan acara melalui representasi Virtual Reality (VR) atau Augmented Reality (AR).

Dari sini kita sudah bisa melihat bahwa orang akan lebih banyak beraktivitas di rumah. Nah, di rumahnya mereka tetap harus makan dan minum, harus mandi, pakai baju, sikat gigi, pakai sabun, dan memenuhi semua kebutuhan yang tidak bisa diwakili VR dan AR.

Karena lebih banyak di rumah, maka mereka akan memesan makan dan minum serta segala kebutuhannya secara online. Atau jika terpaksa keluar rumah, mereka akan membeli dengan sistem take away alias dibungkus. Pokoknya semua dibawa ke rumah, dan semua itu adalah potensi sampah.

Tidak bisa dihindari dan dipungkiri atau disembunyikan, tren sampah yang timbul daru rumah tangga akan bertambah. Yang jika tak dikelola dengan baik dan benar, yang terjadi selanjutnya adalah malapetaka karena sampah. Dampaknya akan kembali pada manusia, lingkungan, dan ekosistem abiotik maupun abiotik hingga culture-nya.

Sebagai perbandingan. Peningkatan volume sampah pada masa pandemi Covid-19 bisa menjadi perbandingan. Dikutip dari liputan6.com, Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Sinta Saptarina mengatakan ada peningkatan volume sampah selama pandemi. 

Pada saat pandemi sedang gawat-gawatnya, peningkatan volume sampah mencapai 27-36 persen dan terus meningkat. Terutama pada saat pemerintah menetapkan kebijakan Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH). 

Sampah yang paling banyak peningkatan volumenya antara lain plastik, kardus, PS Foam (styrofoam), dan bahan lain yang berupa kemasan dan pengemasan pengiriman barang dari penjualan online.

Kementerian LHK menganjurkana pengurangan penggunaan plastik, PS Foam, dan bahan lain sebagai kemasan dan pembungkus. Namun, tentu saja pebisnis online tidak bisa mengikuti anjuran itu. Sebab jika mereka mengurangi kemasan atau pengemasan, produk mereka bisa rusak di perjalanan atau busuk dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun