Mohon tunggu...
Na Ra
Na Ra Mohon Tunggu... Freelancer - Brave

Siapa yang bersungguh sungguh maka ia akan dapatkan. Be brave and action Mimpimu sedikit lagi tercapai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Genggamanku yang Hilang

26 Oktober 2020   07:00 Diperbarui: 26 Oktober 2020   07:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak pernah kubayangkan ternyata ditinggal oleh orang yang aku sayangi ternyata sangat menyakitkan seperti sesak didada dan lemah lunglai tanpa ada tenaga. Tak mudah untuk bisa bertahan tanpa mu, andai kau disana tahu hariku selalu merindukan,menyebut namamu dan mendoakanmu. 

Hidupku hampa tanpa hadirmu, kau yang selalu memotivasi dalam setiap pilihan yang kuambil dari pendidikan, nasehat dan kasih sayangmu yang paling aku rindu. Iya...dialah ibuku tangannya yang selalu aku rindu yang biasa kugenggam dan aku cium punggung tangannya untuk mencari ridhonya allah.

Namun sekarang tinggallah sebuah kenangan dan hanya nasehat nasehatnya lah sebagai penyangga hatiku untuk tetap kuat. Ibuu...aku masih ingat akan nasehatmu ketika dirimu dalam keadaan sakit tapi kau masih memperhatikanku dengan nasehat nasehat yang selalu membuat hatiku sejuk.

Kau mengatakan padaku "nduk awakmu nek onok opo opo curhat o neng gusti allah ojo ngandalno menungso engko awakmu kecewa" Dalam bahasa indonesia "nak kalo ada apa apa curhatlah kepada allah jangan mengandalkan manusia nanti kamu kecewa" itu salah satu naeshatnya yang selalu kugenggam karena hanya itulah yang bisa kurengkuh karena raganya tak bisa kusentuh lagi. 

Ibu rinduku tak pernah hilang sejak awal kau meninggalkanku walau sudah 10 bulan berlalu air dimataku ini masih selalu membasahi pipi ini , kenangan itu masih membuatku selalu rindu padamu namun apa daya ini yang hanya bisa memnyampaikan pesan rindu hanya melalui doa dan pelukan tetesan air mataku. Ibu terima kasih untuk kasih sayang yang kau berikan padaku, aku menyayangi doaku untukmu sampai napas terakhirku.

Ibumu tak menginginkan apapun dari anaknya kecuali perhatian dan belaian hangat dari anaknya, jangan terlalu egois dengan dunia sendiri sebelum menyesal. Keluarga baru tak seharusnya menghalangimu untuk berbakti pada ibumu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun