Mohon tunggu...
Nara
Nara Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pendiam dan lebih suka berkomunikasi lewat tulisan. Instruktur di PPPPTK bidang otomotif dan elektronika Malang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Putra Daerah yang sedang Galau

26 April 2012   07:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usianya di awal 30 an. PNS golongan IIIb. Putra daerah. Punya semangat yang tinggi untuk memajukan pendidikan di daerahnya. Seorang guru yang punya banyak sambilan di luar dan mau membagi pekerjaan pada teman sesama guru dan anak didiknya, biar anak-anak punya jiwa wirausaha. Tentunya pekerjaan yang diberikan pada anak didiknya tak jauh dari materi pelajaran yang diberikannya, teknik gambar bangunan.

Awal diangkat menjadi PNS, dia diserahi tanggung jawab untuk merintis sebuah sekolah menengah kejuruan. Dari mulai pencarian lokasi, penjaringan calon siswa, pencarian dana hingga pembangunan gedung. Sekolah yang awalnya menumpang, dengan jumlah siswa tak sampai 20 orang dengan 2 pengajar, akhirnya berkembang pesat. Dia pandai melobi pejabat setempat, hingga membuat proposal ke kemdiknas. Akhirnya banyak dana yang dapat diperoleh, dan sekolah itu bisa punya gedung sendiri, jumlah siswa juga makin banyak, demikian pula jumlah guru.

Sekolah yang mulai berkembang bagus, akhirnya memicu orang-orang untuk saling berebut peran. Muncullah orang-orang yang menampakkan diri seolah-olah paling berjasa dalam pendirian sekolah tersebut. Sang guru muda tak mau ikut larut dalam perebutan penampilan peran. Dia memilih mengundurkan diri dan minta dikembalikan ke sekolah asal pertama kali dia ditempatkan. Kepala daerah memintanya untuk tetap disana, tapi dia tetap menolak. Akhirnya dia pun kembali ke sekolah pertama dia ditempatkan.

***

Disekolah yang kini menjadi tempatnya mengabdi, dia akhirnya menempati posisi wakil kepala sekolah yang membidangi manajemen mutu. Selain itu, dia juga dipercaya oleh kepala dinas untuk menjadi 'staf ahli' di kantor dinas pendidikan propinsi. Pernah dia ditawari menduduki jabatan Kepala seksi (kasi) di dinas tersebut, namun ditolaknya. Cara penolakannya tergolong unik dan membuat sang kepala dinas tak bisa memaksa lagi

"Orang tua saya ingin naik haji. Saya sedang mengumpulkan biayanya yang berasal dari tunjangan sertifikasi profesi yang saya peroleh tiap bulan. Saya bersedia menduduki jabatan kasi di tempat bapak dengan satu syarat, Bapak membiayai kedua orang tua saya untuk naik haji"


Dan sang kepala dinas pun menjawab "Biasanya, orang membayar saya agar bisa menduduki jabatan tertentu. Ini kok malah saya yang harus membayar kamu"

***

Kini jabatan kepala sekolah di tempatnya sedang kosong, karena kepala sekolah yang lama sudah naik jabatan. Karena dia putra daerah dan dipandang punya kemampuan, dia diminta membuat analisis sumber daya manusia di sekolah tersebut, siapa saja yang menjadi kandidat kuat untuk memduduki jabatan kepala sekolah.

Hasil analisisnya adalah pak X, yang sekarang menduduki jabatan sebagai wakil kepala sekolah bidang .... (lupa bidang apa).  Maka, diapun mengeluarkan rekomendasi bahwa pak X lah yang memenuhi syarat untuk menggantikan kepala sekolah yang lama. Namun, rekomendasinya ini mendapat penolakan dari berbagai pihak, dengan alasan pak X berasal dari luar daerah. Mereka ingin, kepala sekolah yang baru adalah putra daerah.

Pak guru ini pun lantas mengatakan bahwa untuk saat ini, belum ada putra daerah yang layak! Kepala sekolah lama pun orang luar daerah, tapi karena menikah dengan orang asli sana, maka dulu tingkat penolakannya relatif rendah. Tapi pak X, orang luar daerah, istrinya pun orang luar daerah. Pak guru ini pun menyarankan pihak terkait, bahwa jika ingin kepala sekolahnya putra daerah, maka mulai sekarang putra2 daerah harus banyak dibina, diberikan kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun