Kembali ke Permeability tanah. Permeability tanah dibedakan atas empat (4) tipe yaitu (i) Kerikil (gravels) mempunyai nilai permeability 1000 – 10 mm / d, memberi properti Drainase Baik (good); (ii) Pasir (sands) nilai permeability 10 – 1/100 mm/d, properti Drainase Baik (good); (iii) Lempung (silt) nilai permeability 1/100 – 1/100.000 mm/d, property Drainase buruk (Poor); dan (iv) Tanah liat (clay) nilai permeability 1/100.000 à Impervious atau kedap air, sukar ditembus air (M. J. Smith – Soil Mechanics 1978).
Dua parameter tanah yaitu Porosity dan Permeability sangat penting dalam rekayasa teknik sipil, berkaitan dengan rembesan di bawah bendungan, drainase tanah dan atau Air Tanah. Untuk memperoleh nilai – nilai Porosity dan Permeability, biasanya sampel hasil bor diuji di Laboratorium Mekanika Tanah. Dari sudut Permeability tanah, dapat dibagi dua yaitu yang Permeable (lolos air) yaitu Pasir dan Kerikil, serta yang Impermeable / Impervious (kedap air) yaitu Lempung dan Tanah Liat. Dari sudut Porosity, Pasir dan Kerikil porosity-nya lebih kecil daripada porosity Lempung dan Tanah Liat. Namun kalau digabungkan Permeability dan Porosity maka Pasir dan Kerikil adalah Akuifer yang baik / potensial, sedangkan Lempung dan Tanah Liat bukan Akuifer tetapi lapisan kedap air disebut Aquiclude.
(3)- Keberadaan Akuifer di CAT Jakarta. Akuifer Jakarta secara geologis memperlihatkan strata tanah yang sangat beragam dan sangat kompleks. Untuk membagi secara tegas lapis demi lapis pada akuifer Jakarta, hampir tidak mungkin. Disana sini terdapat zona–zona air tanah yang terperangkap dalam lensa–lensa kecil. Walaupun agak sulit untuk dikelompokkan secara vertikal, secara kasar akuifer Jakarta dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) lapis, yakni lapis kesatu merupakan akuifer air tanah dangkal (akuifer bebas) yang mempunyai kedalaman hingga 50 meter di bawah muka tanah, dibatasi lapisan Aquiclude. Definisi “Akuifer Tidak Tertekan (bebas) adalah Akuifer yang dibatasi di bagian atasnya oleh muka Air Tanah bebas dan di bagian bawahnya oleh lapisan kedap air”.
Lapis kedua merupakan Akuifer tertekan (akuifer artesis) mempunyai kedalaman antara 50 hingga 150 meter di bawah muka tanah, dibatasi atasnya dan bawahnya oleh lapisan Aquiclude. Definisi “Akuifer Tertekan adalah Akuifer yang dibatasi di bagian atas dan bawahnya oleh lapisan kedap air”. Dan lapis ketiga merupakan akuifer tertekan, mempunyai kedalaman antara 150 hingga 250 meter di bawah permukaan tanah, dibatasi atasnya lapisan Aquiclude dan bawahnya batuan massif. Akuifer artesis lazim juga disebut akuifer dalam. Dilihat dari segi jenis tanahnya, akuifer Jakarta pada umumnya merupakan butiran pasir lepas, tanah aluivial walaupun diselang seling dengan tanah lempung yang kedap air (yang ini kelak membuat akuifer itu tidak menerus) mempunyai potensi yang sangat baik sebagai penyimpan air tanah ( Samsuhadi: Pemanfaatan Air Tanah Jakarta 2009)
Intensifnya ekstraksi atau pengabilan Air Tanah dari CAT Jakarta untuk memenuhi kebutuhan pertambahan penduduk, perkotaan / perhotelan dan industri sejak awal era Orde Baru hingga sekarang, diperparah hilangnya daerah imbuhan atau resapan air hujan alamiah di selatan Jakarta / Depok akibat alih fungsi lahan terbuka menjadi perumahan dan perkotaan. Definisi “CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologik, tempat semua kejadian hidrogeologik seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air Tanah berlangsung”. Definisi “Daerah Imbuhan Air Tanah adalah daerah resapan air yang mampu menambah Air Tanah secara alamiah pada CAT. “Daerah Lepasan Air Tanah adalah daerah keluaran atau Pengambilan Air Tanah yang berlangsung secara alamiah pada CAT.
Pemompaan berlebihan (over ekstraksi) Air Tanah dan hilangnya daerah imbuhan menyebabkan menurunnya tekanan artesis pada Akuifer tertekan. Menurut Delinon (2015), tinggi air artesis di Jalan Tongkol pada tahun 1960 mencapai lebih dari 24 meter. Akan tetapi, pada saat ini tinggi air artesis tersebut hanya mencapai 4,5 meter dari permukaan tanah. Data kondisi eksisting kontur tinggi muka air tanah dan tinggi tekan air tanah menunjukkan bahwa kondisi akuifer basin Jakarta tidak menunjukkan gambaran yang memuaskan. Muka air tanah menunjukkan penurunan terjadi sejalan dengan berjalannya tahun. Bahkan dibeberapa kawasan besaran penurunan tinggi tekan air tanah yang ekstrim.
Di kawasan Jakarta Barat lokasi sekitar Mookervart (TOL Bandara) penurunan tinggi tekan hingga negative (-) 20 meter pada tahun 1986 menjadi hingga (-) 40 meter pada tahun 2000, demikian juga dengan tinggi tekan air tanah disekitar Pulomas terjadi penurunan hingga (-) 20 meter terhadap muka air laut pada tahun 1986 menjadi (-) 25 meter pada tahun 2000. Pada tahun 2000 pula data pengamatan menunjukkan penurunan tinggi tekan (-) 30 meter dikawasan Bekasi Utara. (Samsuhadi: Pemanfaatan Air Tanah Jakarta 2009).
Tentu saja dampak lanjutan dari over ekstaraksi Air Tanah di Daerah Lepasan CAT Jakarta ini adalah terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence) sekarang 6 – 10 cm per tahun, akibatnya banjir Rob di pesisir Jakarta – Bekasi bertambah parah.
3. Pelaksanaan Tahap Awal Audit Teknis Sumur Resapan dan Penyusunan Rencana Kerja Tim.
(1). Pelaksanaan Tahap Awal Audit Teknis. Untuk tahap awal 3 bulan, segera melakukan Audit Teknis pada sumur - sumur resapan: (i) di Gandaria Kebayoran Blok A, (ii) di Jl Suryo Blok S Kebayoran, (iii) di Kemang Kec. Cilandak Jaksel, (iv) di Jl DI Panjaitan by pas Tg Priok (v) di Jl. Cipinang Indah, (vi) Sumur Resapan - Sumur Dalam (20m) buatan Sudin. Kota Adm. Jakarta Timur dan (vii) Sumur Resapan - Sumur Bor Dalam yang dibuat 1993; untuk mengukur / menilai permeability tanah di sekeliling dan dasar Sumur Resapan. Metodenya adalah mengisi air ke dalam sumur (dari truk tangki air) kemudian mengamati turunnya muka air di Sumur Resapan. Misalnya setelah sehari, 2 hari, 3 hari dst sampai habis airnya / sumur kering. Dengan membandingkan data antar titik – titik Sumur Resapan tersebut dikaitkan data profil lapisan tanah Sumur Bor terdekat, akan dapat ditarik kesimpulan awal sejauh mana efektivitas sumur-sumur resapan tersebut guna mengurangi / mitigasi Banjir. Hasil audit awal ini menjadi pertimbangan pembuatan Sumur Resapan TA 2022 di DKI Jakarta.
(2) Menyusun Rencana Kerja tahunan dan 3 tahunan Tim Audit Teknis. Sembari melaksanakan Audit Teknis Awal, agar diusahakan Peraturan Presiden Penetapan tentang Tim Audit Teknis Sumur Resapan dan Lubang Bio-pori Nasional (TATSRLB-N) dapat terbit. Selanjutnya tugas penting TATSRLB-N adalah menyusun Rencana Kerja Tahunan dan Tiga Tahunan. Sasaran akhir TATSRLB-N adalah “menyimpulkan dan menyepakati solusi interim untuk jangka pendek program 2022, jangka menengah dan jangka panjang, tentang tipe - tipe SR dan LB yang Layak TESL”. Dalam pelaksanaan tugasnya TATSRLB-N perlu menetapkan laboratorium lapangan SR dan LB guna monitoring & evaluasi, serta pengumpulan dan dokumentasi data Hidrogeologi Indonesia. Hasil TATSRLB-N ini juga diharapkan sebagai masukan bagi K/L terkait untuk menyempurnakan NSPK SR dan LB yang pernah diterbitkan. Semoga bermanfaat. SEKIAN