Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suka Duka Berdua

23 April 2021   09:07 Diperbarui: 23 April 2021   09:15 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak juga,"kilahnya,"Untuk apa aku selalu mengajakmu jalan-jalan jika tujuanku mempermainkan Kamu."

"Ah, banyak lelaki begitu. Hari ini bersamaku, lusa lain lagi,"aku masih bersungut-sungut membuatnya menggenggam jemariku.

"Fety. Aku cinta Kamu. Sungguh. Pernahkah Kaulihat aku bersama dengan wanita lain selain Kamu? Pernahkah aku cerita tentang wanita lain meskipun ceritamu tentang kekagumanmu kepada lelaki lain memanasi kupingku?"

"Lalu apa maumu?" tanyaku sambil menanyai hatiku terdalam. Sudahkah aku mencintainya? Jika belum, adakah lelaki lain yang kucintai? Jika tidak ada, haruskah kuabaikan pernyataan cinta dan kebaikannya selama ini?

Akhirnya, kami pun menikah sekitar tiga bulan sebelum badai pandemi covid-19 menerjang seisi bumi. Parahnya, kami berdua kehilangan pekerjaan, padahal kami sudah mengontrak rumah di sebuah perumahan demi berlatih mandiri tidak bergantung kepada kedua orang tua kami.

Aku masih belum beranjak dari ruang tidur pagi itu. Kubuka grup ibu-ibu di perumahan yang kami tinggali. Obrolan berkisar pada persiapan makan sahur dan berbuka puasa jika bulan Ramadan tiba. Obrolan yang akhirnya memunculkan ide isengku,

"Bagaimana jika untuk menu berbuka puasa dan makan sahur, kita buat bersama-sama?"

"Ide yang oke. Aku akan membuat rolade daging sapi, daging ayam, sayuran. Harga sedang dan merakyat,"jawab Juwita.

"Aku juga akan membuat puding aneka warna dalam wadah plastik. Anak-anak pasti suka dan berusaha makan sendiri tanpa disuapi ibunya. Ditanggung bergizi,"tulis Alena.

"Sudah cukup. Semua sudah pamer kepandaian memasak. Masalahnya, siapa yang harus menunggui dagangan tersebut?" sanggah Vida.

"Aku mau, asalkan sebiji makanan aku menerima rp500 rupiah,"jawabku sambil membayangkan jika per rumah menitipkan 10 biji kue atau sayur matang dan semua laku tentu akan menerima bonus 5000 rupiah. Jika titipan makanan ada 10 macam? Lumayan juga kan? Apalagi jika per orang menitipkan dua jenis makanan dan semua laku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun