Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pencarian Alternatif, Perlukah?

18 Desember 2020   23:48 Diperbarui: 19 Desember 2020   00:25 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangkan kita menghadiri sebuah pesta. Dalam pesta tersebut ada seorang wanita yang tampak cantik, berbusana elegan dalam kesan mewah pula. Di sebelahnya terlihat lelaki biasa saja. Botak dan perutnya gendut pula. 

Anehnya, ia lebih lama dikelilingi teman-temannya daripada wanita cantik di sebelahnya. Teman-teman mereka baik pria maupun wanita seolah lebih suka bercakap dan bergurau dengan si botak daripada dengan si cantik. Pernahkah terjadi dalam peristiwa sehari-hari?

Bukan hal rahasia bahwa banyak hal yang akan kita lakukan demi memperbaiki tampilan kita. Kesibukan dari senam, sedot lemak, penumbuhan rambut bagi yang botak, operasi plastik, sampai pengencangan kulit. 

Namun, bagaimana dengan jalan pikiran kita? Pernahkah kita menengoknya, memberikan haknya untuk diperbaiki agar lebih menarik? Bukankah kemenarikan jalan pikiran akan sanggup menggoreskan kesan lebih lama dalam menenteramkan jiwa sesama daripada hanya berfokus pada perbaikan fisik semata?

Begitulah kurang lebihnya penggalan-penggalan pengantar dari buku yang tengah saya baca. Buku yang masih sama dengan buku sebelumnya yaitu How to Have a Beautiful Mind. Ada beberapa subjudul yang hampir semuanya menarik untuk dibaca kemudian diringkas.

Lagipula, daripada hanya dibaca dan diringkas dalam hati, lebih baik diketik kemudian dikirimkan ke Kompasiana, kan? Hehehe. Untuk kali ini yang saya baca adalah subjudul bertopik alternatif, kemudian saya tulis isi ringkasannya dengan judul baru yaitu  Pencarian  Alternatif, Perlukah?

Alternatif adalah lawan dari kekakuan. Jika kita tidak tergerak untuk mencari beberapa alternatif lainnya, maka pikiran kita akan kaku, terlebih jika kita memang enggan berusaha mencari sudut pandang lain atau suatu cara yang lebih baik. Hal yang akan memberikan kesan sebagai kesombongan maupun keinginan untuk melindungi diri sendiri. Betulkah demikian?

Selain itu, alternatif pun merupakan lawan dari kepuasan atau kenyamanan. Mengapa? Tatkala kita merasa nyaman, bahagia di posisi sekarang, hal yang membuat kita enggan menengok ke arah peluang untuk lebih maju, maka kita pun tak ingin mencari alternatif lain, bukan?

Dengan demikian, kita pun tak akan mau mendengarkan bahwa kemajuan, energi, perubahan, bahkan penyederhanaan, pada dasarnya dihasilkan oleh adanya pencarian alternatif.

Darimanakah datangnya alternatif?  Marilah kita mencoba menengok contoh alternatif yang sudah sangat terkenal. Tatkala kita memutuskan untuk menentukan tempat makan malam, ada beberapa alternatif restoran yang mungkin akan kita pilih. Langkah pertama misalnya dengan mengingat kembali semua alternatif yang kita ketahui. Jika kita kehabisan ide, kita harus menciptakan beberapa alternatif baru, bukan?

Ada beberapa cara untuk menciptakan alternatif baru dan segar, misalnya dengan cara mencari untuk melakukan yang sudah ada, dilanjutkan dengan mengidentifikasi konsep, sambil menindaklanjuti dengan pertanyaan, adakah cara lain untuk mengerjakan konsep ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun