Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puberkah Rasa Ini?

26 Oktober 2020   20:32 Diperbarui: 26 Oktober 2020   20:38 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.Lifestyle kompas.com

            "Elisa. Kamu masih tetap saja seperti dulu. Tahukah Kamu, aku selalu merindukanmu?" meluncur begitu saja ucapan itu dari bibirnya seolah tanpa dipikirkan dampaknya.

Hati kecilku pun menganggapnya hanya gurauan. Akan tetapi, entah kejenakaan bola matanya ataukah  ucapan walau asal saja, tapi tak pernah kudengar dari bibir suamiku, mengapa terasakan begitu indah?

            "Roni, mengapa di sini?" tanyaku menyambut uluran tangannya.

            "Kamu juga masih ganteng,"jawabku malu  pada anak lelakiku yang duduk manis di sebelahku. Roni  tidak segera melepas jemariku dari genggaman tangannya.

            "Ini anakmu? Tampan juga, seperti bapaknya,"komentarnya ganti menyalami anakku.

            "Aku juga menemani anakku. Bukankah kita menikah hampir bersamaan? Kamu di bulan Syawal dan aku Besar? Dua bulan setelah kamu disabot si Broer, aku langsung menikahi pacarku,"jawabnya beruntun.

Ada gurat terharu sekilas. Sejauh itukah ia mengenang  masa lalu itu? Masa- masa kami berteman sebagai penghobi fun bike? Suamiku, Roni, aku, dan Lala, pacarnya.            "Bukan disabot. Kamu sih, kelamaan nggak segera mengajak nikah. Begitu Broer melamarku,ya okelah. Lagipula  Kamu kan sudah punya pacar. Lala mau dikemanakan?" jawabku sambil duduk di sampingnya.

            "Anakmu di mana?"

            "Dia menari nanti. Lihat saja, ia cantik seperti...

            "Seperti ibunya? Lala cantik banget, Jack. Bagaimana mungkin kamu merasa tertarik lagi kepadaku?"

            "Kamu low profile," gombalnya lagi, membuatku tersipu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun