Mohon tunggu...
Cerpen

Pesan Terakhir untuk Ayah dan Bunda

29 November 2016   00:00 Diperbarui: 29 November 2016   00:03 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam heningnya malam tanpa ada suara kebisingan, ku menghadap kepada sang Pencipta jagat raya. Aku terbangun Sekitar pukul 03.00 pagi, aku berusaha untuk melawan rasa kantukku agar aku bisa menjalani rutinitasku melaksanakan shalat tahajud. Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan untuk melaksanakan shalat tahajud disisa waktu umurku yang sudah tidak panjang lagi.

Aku sudah divonis oleh dokter bahwa aku menderita tumor otak stadium lanjut, aku sengaja menyembunyikan penyakitku dari kedua orang tuaku dan kedua adik-adikku, mereka terlalu kecil untuk mengetahui penyakitku ini, sedangkan kedua orang tua ku sibuk dengan urusan mereka sendiri, dari kecil aku dirawat oleh mbok ijah, mbok ijah adalah pembantu sekaligus seperti ibu bagiku karena mbok ijah lah yang merawatku dari aku kecil, mama ku hanya melahirkanku tanpa memberiku perhatian dan kasih sayang kepadaku, aku seperti hidup sendiri tanpa orang tua.

Sampai hari ulang tahunku pun mereka lupa, seolah-olah mereka hidup sendiri tanpa adanya seorang anak, mereka selalu ada di luar negeri untuk menjalankan bisnisnya, setiap minggu aku selalu diberi uang untuk kebutuhanku, setiap kali aku mencoba untuk menghubungi mereka selalu jawabanya sibuk, sibuk, dan sibuk.

Saat aku dan mbok ijah di kamar aku menangis. “mbok ijah, kenapa sich kalau aku menghubungi mama dan papa selalu jawabannya sibuk? Apa mereka berdua nggak sayang sama aku ya mbok?”. “ jangan bilang seperti itu non, mama dan papa non kerly sangat sayang pada non Kerly, mereka bekerja untuk kebahagian dan masa depan non Kerly”. Dan sambil menagis aku berkata “tapi aku tidak hanya butuh materi, aku dan adik-adik juga butuh perhatian dan kasih sayang dari mereka mbok ijah, selama ini mbok ijah lah yang menjadi pengasuh sekaligus menjadi mama bagiku, aku butuh mama yang melahirkanku mbok, aku butuh dia, aku kangen, aku ingin bertemu denganya, selama ini sudah 3 tahun mereka tidak pulang, walaupun pulang hanya 2 hari dan paling lama 3 hari mbok, tidak lebih dari itu”.

Air mata ku sudah tak tertahan lagi, aku menangis sejadi-jadinya dan memeluk mbok Ijah. “sudah ya non jangan menagis lagi, kan ada mbok ijah disini, non kerly jangan sedih lagi ya, kasihan adik-adik non”.

Memang selama ini aku sering sakit kepala dan mimisan, aku mencoba untuk bertahan dan melawan rasa sakitku demi adik-adikku, kasihan mereka masih terlalu kecil yang butuh kasih sayang orang tua, tapi syukurlah adik-adikku mengerti kondisi keluarga, meskipun mereka juga sering menangis merindukan mama dan papa.

Saat aku berada di ruang tamu, tiba-tiba adikku yang kedua kesya bertanya kepadaku “kak kerly, kapan mama dan papa pulang? Kesya kangen dan rindu pada mereka kak, kenapa mama dan papa tidak pernah pulang? Apa mereka nggak sayang pada kita ya kak. Seketika itu aku langsung memeluk kesya, “adikku yang manis, mama dan papa sedang bekerja untuk kebahagiaan kita, kata siapa meraka nggak sayang kita, mereka berdua sayang pada kita kok, kesya harus sering mendoakan mama dan papa agar selalu mendapat kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaannya agar cepat pulang, dan mendoakan agar mereka diberi kesehatan selalu ya”.

“iya kak kerly, oh ya akhir-akhir ini kesya sering melihat kak kerly mimisan dan sakit kapala, kakak sakit ya? “tidak kesya, kak kerly hanya kecapean”. Aku memang selalu menjawab hanya kecapeaan setiap ditanya oleh adik-adikku maupun mbok ijah. Aku sengaja menyembunyikan penyakitku ini dari siapapun, hanya aku dan Allah lah yang mengetahui semua ini.

Sebenarnya aku sudah capek akan semua ini, aku sudah lelah melawan penyakitku, selama ini aku mencoba untuk bertahan, aku sengaja tidak ingin dioprasi, aku rasa semuanya sudah terlambat. Toh orang tuaku juga tidak perduli dengan kondisiku selama ini, disisa umurku ini aku berharap sekali kedua orang tuaku bisa sadar dan mengerti akan perlunya kasih sayang orang tua terhadap anak, tidak hanya materi yang seharusnya mereka berikan tapi juga kasih sayang.

Setelah selesai shalat isyak aku bergegas menuju ruang tamu, karena aku sudah ditunggu oleh kedua adikku dan mbok ijah, mereka semua sengaja aku kumpulkan agar aku bisa berpamitan kepada mereka semua yang aku sayangi.

“Ada apa kak kerly mengumpulkan kami disini?” kata Tasya yang begitu lirih,. “ saya sengaja mau mengumpulkan kalian disini karena ingin memberitahukan hal yang sangat penting untuk kalian, selama ini saya sudah menyembunyikan semua ini dari kalian, saya sudah tidak kuat menanggung ini semua sendirian”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun