Saudara-saudari terkasih,
      Salah satu tradisi dalam Gereja Katolik adalah Perayaan Wajib Santo Bonifasius, Uskup dan Martir Gereja. Beliau dihormati dengan beberapa sebutan, salah satunya adalah sebagai Pelindung Jerman / Rasul dari Jerman. Hal ini dikarenakan sepanjang tugas perutusannya, beliau mengembangkan kekristenan di wilayah Jerman, yang pada saat itu belum mengenal ajaran kristiani. Ia mendirikan banyak gereja dan biara disana serta menghadirkan banyak pembaharuan hidup rohani bagi umat dan para imamnya. Ia mendatangkan banyak misionaris baru, imam maupun suster, dari Inggris.
      Sebuah kisah hebat menjadi terkenal atas tindakan St. Bonifasius di Geismar, Jerman Barat. Penduduk disana mempunyai kebiasaan menyembah sebuah pohon Eck raksasa, yang mereka yakini sebagai tempat bersemayam dewa Thor. St. Bonifasius dengan berani menebang pohon tersebut. Tindakan ini kemudian menimbulkan kemarahan orang banyak, karena menurut tradisi, akan menimbulkan kemurkaan dari dewa tersebut. Konon, pada saat pohon tersebut ditebang, angin kencang datang menerjang  pohon tersebut dan pohon tersebut patah menjadi empat bagian. Tumbangnya pohon tersebut tidak menimbulkan malapetaka atau hal-hal lain yang selama ini dipercayai masyarakat. Melihat hal tersebut, semakin percayalah banyak orang kepada ajaran St. Bonifasius.
Saudara-saudari terkasih,
       Yesus Kristus dalam bacaan Injil pada hari ini, Markus 12:18-27, mematahkan anggapan dan tantangan dari para kaum Saduki. Injil hari ini berbicara mengenai kebangkitan orang mati. Yesus dihadapkan pada pertanyaan mengenai seorang wanita yang sudah menikah dengan tujuh orang bersaudara secara bergantian dimana wanita tersebut berpisah dengan masing-masing suaminya karena kematian. Pertanyaannya, ketika kebangkitan datang, siapakah suami sah dari wanita tersebut? (bdk. Markus 12:23). Pertanyaan ini sangat logis sekali, mengingat kondisi sosial budaya masyarakat Yahudi pada zaman itu dan seturut dengan pemahaman kaum Saduki. Pertanyaan itu terlalu bertumpu pada pemahaman pada Perjanjian Lama dan memang tujuannya adalah untuk mencobai dan menantang Yesus.
Saudara-saudari terkasih,
      Sebagian orang begitu mengagungkan nostalgia masa lalu, bahkan ada yang masih hidup didalamnya. Yang menjadi masalah adalah dengan menolak apa yang terjadi pada masa kini dan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Melihat masa lalu kemudian menjadikannya sebagai patokan untuk masa kini dan masa depan akan menghasilkan pengharapan. Masa lalu memberikan pelajaran hidup yang sangat berarti bagi kita untuk menentukan langkah-langkah di masa depan.
      Allah yang diwartakan oleh Kristus adalah Allah bagi orang hidup, bukan Allah orang mati. Karena itu, ketika hari penghakiman tiba, semua yang mati akan dibangkitkan, dengan harapan bisa menikmati kebahagaian kehidupan surgawi bersama Allah Bapa. Inilah pengharapan kita bersama!!!
      Sama seperti keyakinan masyarakat di Geismar ketika pohon yang mereka yakini ditebang oleh Santo Bonifasius tersebut, ternyata tidak terbukti. Bahkan pohon tersebut, dengan bantuan Allah, terbelah menjadi empat bagian. Ajaran Injil pada hari ini mengarahkan kita untuk mengarahkan hidup pada masa depan, bukan hanya pada masa depan hidup duniawi, tetapi juga pada masa depan kehidupan rohani kita. Karena di masa depan yang ditawarkan Kristus, ada kehidupan kekal bersama-Nya.
Semoga demikian...