Mohon tunggu...
nanda risky amalia
nanda risky amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa Psikologi

Pencinta ide-ide segar, tempat baru, dan karya dari tangan sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan Mental Mahasiswa: Dari Krisi Sunyi Menuju Aksi Nyata

28 Mei 2025   10:52 Diperbarui: 25 Mei 2025   19:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tekanan akademik dan sosial merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan mahasiswa. Namun, bila tekanan ini tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa sangat serius terhadap kesehatan mental. Mahasiswa menghadapi beban tugas yang berat, persaingan antar-rekan, ekspektasi dari dosen dan orang tua, hingga kesulitan membangun relasi sosial yang sehat. Semua itu menumpuk menjadi stres, kecemasan, bahkan depresi. Ironisnya, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental masih belum menjadi arus utama di kampus-kampus kita. Oleh karena itu, promosi kesehatan mental bukan hanya penting, tapi sudah menjadi kebutuhan mendesak.

Menurut sebuah artikel dari Telkom University (2024), kesehatan mental sangat penting bagi mahasiswa karena tekanan akademik dan sosial yang mereka hadapi berpotensi menimbulkan gangguan psikologis seperti stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Di lingkungan perguruan tinggi, kondisi ini seringkali diperparah oleh kurangnya dukungan dan literasi kesehatan mental. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri Ayu Febryani (2024), mahasiswa menyebut tekanan akademik seperti tuntutan tugas dan ekspektasi orang tua, serta tekanan sosial seperti kesulitan menjaga hubungan dan perasaan terisolasi, sebagai faktor utama pemicu gangguan mental. Tidak sedikit dari mereka yang mengalami burnout, kehilangan motivasi, bahkan berpikir untuk berhenti kuliah.

Sebagai respons terhadap temuan ini promosi kesehatan mental harus dimulai dari pengakuan bahwa mahasiswa adalah kelompok rentan. Kampus perlu menyediakan akses terbuka terhadap layanan konseling, pelatihan keterampilan manajemen stres, serta ruang aman untuk berbagi pengalaman. Dukungan sosial dari dosen, teman sebaya, dan pihak kampus sangat penting untuk membangun daya tahan mental. Jika mahasiswa dibiarkan berjalan sendiri dalam tekanan, risiko krisis psikologis akan jauh lebih besar.

Lebih dari itu, pendidikan tinggi juga bisa memainkan peran preventif melalui kurikulum, langkah strategis lainnya adalah mengintegrasikan edukasi kesehatan mental ke dalam sistem pendidikan. Misalnya, menyisipkan materi tentang pengelolaan stres, keterampilan komunikasi, atau kesadaran emosi dalam mata kuliah umum. Banyak kampus di luar negeri yang telah menjalankan “student well-being module” sebagai bagian dari kurikulum dasar. Kampus di Indonesia bisa mencontoh model ini untuk membekali mahasiswa menghadapi tekanan akademik.

Selain itu, budaya kampus harus dibentuk menjadi lingkungan yang ramah mental. Salah satu temuan penting dari jurnal tersebut adalah adanya rasa takut dicap lemah saat mahasiswa mencari bantuan psikologis. Ini menunjukkan bahwa stigma masih kuat. Untuk itu, kampus perlu menggencarkan kampanye positif: melalui media kampus, seminar rutin, maupun kolaborasi dengan komunitas kesehatan jiwa. Tujuannya bukan hanya menyadarkan, tapi juga mengubah cara pandang mahasiswa terhadap isu mental.

Dukungan kebijakan juga memainkan peran penting. Pemerintah dan pengelola perguruan tinggi harus mendorong ketersediaan psikolog profesional di kampus, memberikan pelatihan dasar bagi dosen dalam mengenali gejala gangguan mental ringan, serta membuka saluran pelaporan yang aman dan rahasia. Selain itu, insentif untuk program seperti “peer counselor training” atau “mental health ambassador” dapat memperkuat sistem pendampingan sejawat di kalangan mahasiswa.

Menjaga kesehatan mental mahasiswa bukan hanya soal mencegah gangguan jiwa, tetapi juga soal membuka ruang bagi generasi muda untuk berkembang dengan utuh secara akademik, emosional, dan sosial. Keberhasilan pendidikan tinggi tidak hanya diukur dari indeks prestasi, tetapi juga dari sejauh mana mahasiswa mampu melewati masa studinya dengan sehat, bahagia, dan siap menghadapi tantangan hidup yang kompleks.

-Partisipan sesekali Literasi Kesehatan Mental

Telkom University. (2024). Pentingnya Kesehatan Mental bagi Mahasiswa: Cara Merawat Kesejahteraan Jiwa di Kampus. Universitas Telkom Surabaya: https://surabaya.telkomuniversity.ac.id/pentingnya-kesehatan-mental-bagi-mahasiswa-cara-merawat-kesejahteraan-jiwa-di-kampus/

Meliala, P. A. F. B. S. (2024). Kesehatan Mental Mahasiswa Menghadapi Tekanan Akademik dan Sosial. Universitas Medan Area.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun