Kurang lebih sudah dua minggu ini, saya mengikuti kegiatan dari kantor dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia tahun ini.
Kegiatan yang saya ikuti tersebut adalah virtual run atau lari secara daring menggunakan salah satu aplikasi yang cukup populer, yaitu Strava.
Target yang diberikan cukup menantang terutama bagi saya yang akhir-akhir ini agak malas bergerak, yaitu 26 kilometer yang harus diselesaikan dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Buat orang-orang yang sudah terbiasa mungkin 26 kilometer berlari adalah hal yang biasa saja, namun bagi saya cukup menantang bukan karena ketidakmampuan fisik, namun lebih ke arah satu hal yang akan menjadi sumber pemikiran utama saya yaitu konsistensi.
Kenapa konsistensi? Hal ini disebabkan karena bisa saja target tersebut diselesaikan dalam waktu 1 -2 hari saja tanpa menunggu 3 minggu, namun saya memilih untuk membangun konsistensi ini dengan cara membiasakan diri bangun pagi dan kemudian secara konsisten berlari pagi selama 30 menit, di mana saya tidak terlalu memusingkan berapa kilometer yang akan saya dapat karena tujuan saya adalah konsistensi.
Singkat cerita, akhirnya dalam dua minggu ini saya (setidaknya) berhasil membangun konsistensi tersebut dan saya berhasil menyelesaikan bukan hanya 26 kilometer, namun saya malahan berhasil mencapai 40 kilometer.
Konsistensi mengalahkan bakat, keberuntungan, dan bahkan kualitas
Premis yang ingin saya sampaikan adalah kita harus mau mengakui bahwa di dunia ini ada begitu banyak orang di dunia yang jauh lebih berbakat daripada kita.
Mereka pasti lebih seksi, lebih pintar, lebih kreatif, lebih disukai, lebih menawan, dan terlihat lebih baik. Betul?
Tapi ada satu, hanya satu yang bisa kita lakukan untuk lebih baik dari mereka, yaitu kita bisa lebih konsisten.
Konsisten dan ditunjang dengan komitmen akan mampu membuat kita mengalahkan siapa pun lawan kita walau pun secara bakat, keberuntungan, dan bahkan kualitas kita kalah.