Percuma saja melakukan perbaikan besar dan mendasar namun hanya dilakukan sekali waktu alih-alih selalu berkelanjutan melakukan perbaikan-perbaikan untuk hal-hal yang sifatnya kecil sekalipun.
Langkah pembiasaan diri untuk melakukan perbaikan-perbaikan secara terus menerus adalah salah satu kunci untuk membangun sikap diri yang konsisten untuk mengevaluasi dan memperbaiki sikap cara hidup kita di masa depan.
Tidak mudah terpengaruh oleh emosi
Ketika otak kita menerima banyak informasi maka di titik itulah terkadang otak kemudian mengirimkan sinyal seakan-akan kita merasa lelah dan putus asa.
Bisa jadi itu merupakan sinyal palsu dan itulah sebabnya kita terkadang merasa lesu atau malas secara mental, terutama ketika menghadapi tantangan yang berat.
Saya tidak memungkiri sinyal tersebut terkadang memang kita benar-benar lelah. Namun, terkadang, ini adalah trik biologis yang harus kita hadapi.
Jangan terjebak dengan itu, lawan emosi kamu. Jika tidak, kamu akan tetap terjebak dalam pusaran emosi yang melelahkan.
Memaafkan diri sendiri atas kegagalan masa lalu
Nah, ini adalah hal tersulit yang pernah saya coba lakukan, yaitu menghadapi dan menerima rasa kegagalan diri sendiri di masa lalu.
Banyak orang terjebak di kejayaan masa lalu namun lebih menakutkan adalah rasanya terjebak di dalam kegagalan masa lalu.
Bagi saya memaafkan diri sendiri atas kegagalan di masa lalu adalah hal yang memaksa saya selalu terbangun dalam rasa gagal dan enggan melakukan perbaikan diri.
Padahal seperti yang sudah saya tuliskan di atas perbaikan terus-menerus adalah kunci membangun sikap diri konsisten.
Nah, bagaimana kita bisa memaafkan diri sendiri atas kegagalan masa lalu adalah kunci melangkah tanpa beban di masa depan.