Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jangan Biarkan Karier Mengalir, Tentukan yang Kamu Mau

6 Mei 2022   18:03 Diperbarui: 7 Mei 2022   18:30 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Dziana Hasanbekava dari Pexels 

Kalau kamu bertanya kepada saya sekitar 15 tahun yang lalu mengenai apa “aspirasi karier” saya, maka mungkin kamu akan kaget bahwa saat itu aspirasi karier sangat simpel yaitu saya adalah duduk di salah satu gedung bertingkat di daerah Sudirman dan memakai dasi saat bekerja.

Ya, terdengar klise, namun itu adalah kenyataan, saya dan mungkin anak-anak fresh graduate yang seangkatan dengan saya mungkin memimpikan hal tersebut. Tidak ada pemikiran yang terlalu jauh bagi karier saya saat itu.

Saat itu bukannya saya tidak memikirkan karier saya sama sekali. Saya ambisius dan saya ingin menjadi bagian dari sesuatu yang besar.

Ditambah saya ingin dapat menghidupi diri sendiri secara finansial dan tidak membuat khawatir orang tua saya.

Saya menginginkan jenis pekerjaan di mana saya bisa membeli rumah dan mobil sendiri. Cukup adil, bukan? untuk mimpi seorang sarjana yang baru saja lulus. Tahun berlalu dan saya saat itu masih belum bisa menentukan apa karier yang tepat bagi saya.

Apakah saya akan menjadi pekerja yang berada di lapangan atau saya memilih di belakang meja? Semua masih seperti awan abu-abu besar bagi saya. Masih belum terlihat jelas arah karier yang saya inginkan.

Saya masih suka iri dengan perkembangan karier teman-teman seangkatan saya, intinya saya saat itu selalu berpikir kalau mereka saja bisa kenapa saya tidak bisa.

Kemudian setelah beberapa tahun melewati fase hidup yang melelahkan tersebut, saya akhirnya menemukan satu hal penting yang akan saya bagikan melalui tulisan ini.

Jadi begini, karier kita ternyata seperti hidup kita, bergerak maju apakah kita mau memikirkannya atau tidak.

Sama dengan hidup, jika kita tidak memikirkannya, maka karier kita akan berlalu begitu saja bersama dengan angin.

Mungkin karier kita akan berakhir di suatu tempat yang selalu ingin kita datangi. Mungkin juga tidak.

Pertanyaan besarnya adalah mengapa kita membiarkan karier kita berlalu bersama angin begitu saja ketika kamu bisa menjadi kapten layar perahu karier kamu sendiri?

Berikut beberapa hal yang saya pernah alami dan ingin saya bagikan selama perjalanan karier saya

1. Karier kita ditentukan oleh kapasitas kemampuan kita, bukan oleh faktor eksternal

Paradigma yang sering terjadi adalah kita sering beranggapan bahwa karier kita ditentukan oleh banyak faktor eksternal, misalnya ada atau tidaknya “orang dalam” perusahaan yang bisa mendukung kita naik.

Ya, walaupun hal tersebut tidak seratus persen tepat, namun sebenarnya naik atau tidaknya karier kita lebih dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kapasitas diri kita untuk menempati posisi setingkat lebih tinggi.

Seringkali, saya mendengar orang mengatakan hal-hal seperti, “Saya tertarik untuk memperbaiki karir saya. Apa yang harus saya lakukan untuk dipromosikan?”

Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang benar-benar valid untuk ditanyakan, tetapi saya lebih memikirkan apa yang tersembunyi di balik pertanyaan itu adalah asumsi bahwa tanda majunya karier seseorang adalah mendapatkan promosi. Saya rasa ini kurang tepat. Analogi yang salah menurut saya.

Kenapa kurang tepat? kalau sudut pandang kita sedemikian rupa maka kita hanya akan fokus bagaimana kita bisa dipromosi saja. Hal ini pada akhirnya akan mungkin membawa kita melakukan segala cara dan terjebak dengan politik kantor yang tidak berkesudahan.

Ini sama saja dengan menyamakan kalau kamu berteman baik dengan saya maka kamu akan saya undang ke acara-acara saya.

Tentu saja, jika kita diundang seseorang dalam acaranya kemungkinan besar kita dianggap teman baik.

Tetapi kita tentu tidak bisa berpikir bahwa mengoptimalkan untuk mendapatkan undangan tersebut adalah cara yang tepat untuk menjadi teman yang baik. Faktanya, itu sepenuhnya sebaliknya.

Jika kita fokus 100% untuk menjadi teman yang baik bagi seseorang, bahkan jika Anda tidak pernah berpikir untuk diundang ke acara mereka, coba tebak? Secara otomatis kita mungkin akan mendapatkan undangan dalam bentuk amplop mewah untuk datang.

Hal yang sama berlaku untuk karier kita. Jika kita berfokus secara eksklusif dan konsisten pada peningkatan keterampilan dan kontribusi kita terhadap perusahaan, maka promosi, kenaikan gaji, dan penghargaan cenderung datang dengan sendirinya.

Jadi jangan tanya “apa yang diperlukan untuk mendapatkan promosi?” sebaliknya, tanyakan “bagaimana saya bisa berbuat lebih banyak untuk membantu membuat perusahaan berkembang?” tanyakan “Keterampilan apa yang harus saya kembangkan untuk membantu saya meningkatkan kontribusi saya?”

Coba sekarang kamu pikirkan, kamu fokus ke kapasitas diri atau masih tergantung dengan orang lain?

Foto oleh Monstera from Pexels 
Foto oleh Monstera from Pexels 

2. Ciptakan citra mental dan kuasai keterampilan yang paling ingin Anda kuasai

Jadi begini, tidak peduli berapa banyak orang yang membantu karier kita, mengabaikan, atau bahkan menghambat karier kita, seperti hidup kita, semua adalah tanggung jawab kita sendiri. Jangan salahkan atasan kita, rekan kerja, atau bahkan perusahaan jika kita tidak memiliki karier yang kita inginkan. Semua hal ini berada dalam spektrum diri kita sendiri untuk memengaruhi atau mengubah jalannya karier kita di masa depan.

Yang bisa dilakukan adalah dengan membangun citra mental positif dengan jalan bukan membaca motivasi-motivasi yang tidak penting, namun dengan cara menguasai keterampilan yang paling kita inginkan.

Ya, yang paling kita inginkan. Alasannya adalah waktu kita terbatas, kapasitas otak kita juga ada batasnya, lebih baik kita membangun dan menguasai hal yang memang paling kita inginkan alih-alih mencoba menjadi pahlawan super yang bisa segalanya.

Kita hidup di dunia nyata, bukan alam fiksi yang penuh dengan bunga rampai mimpi. Jadi, perbaiki citra mental, kuasai hal yang kamu suka, kemudian lihat hasilnya di masa depan.

3. Tetap mau belajar dan rendah hati

Jika hal-hal di atas berjalan dengan baik, artinya kita telah melewati masa sulit.

Masa-masa sulit saat kita belajar menavigasi dunia baru. Akhirnya, kita pun bisa mengatasi tantangan. Kemudian, jangan pernah berhenti untuk kembali belajar dan meningkatkan kontribusi kita dengan kerendahan hati.

Kalau kita berhenti belajar maka wawasan kita juga akan kembali terbatas. Jika kita terus belajar maka cakrawala kita akan selalu terbentang luas.

Terakhir, apa pun karier kita, pada akhirnya garis nasib juga yang akan menentukan. Namun saya percaya bahwa setiap dari kita terlahir ke dunia dengan tujuan yang mulia dan unik, jadi tidak perlu takut untuk tidak kebagian karier karena langit adalah batasannya.

Salam Hangat

Referensi:

Harvard Business Review, How to Build a Career You Won’t Hate

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun