Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Kita Membuat Keputusan yang Buruk?

19 Mei 2021   09:03 Diperbarui: 25 Juni 2021   11:49 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Membuat Keputusan | Sumber: Foto oleh Victoriano Izquierdo di Unsplash

Saya dan mungkin juga rata-rata orang membuat ratusan bahkan mungkin ribuan keputusan dalam satu hari. Dan setiap keputusan tersebut pasti menghabiskan banyak energi. 

Decision fatigue menggambarkan bagaimana serangkaian keputusan dapat menghabiskan energi kita dan membuat kita menjadi lebih rentan terhadap pengambilan keputusan yang buruk.

Decision fatigue itu menggambarkan bagaimana kualitas keputusan kita makin lama semakin turun seiring dengan semakin banyaknya pilihan. 

Hal ini disebabkan karena kemampuan kognitif kita terbatas. Yang akhirnya kita merasa lelah dan menyerah karena terlalu banyaknya pilihan yang harus kita tentukan.

Saya coba membuat ilustrasi dari decision fatigue ini. Silahkan perhatikan gambar di bawah ini:

Decision Fatigue | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Decision Fatigue | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kalau kita melihatnya dari sudut pandang pemasaran, efek ini dapat menyebabkan konsumen akan membuat pilihan yang semakin tidak rasional atau buruk, berbanding lurus dengan semakin lama mereka berbelanja. 

Efek ini dapat membuat kita sebagai konsumen lebih rentan terhadap teknik penjualan dan pemasaran serta tanpa sadar melakukan pembelian impulsif.

Decision Fatigue Tidak Memandang Tingkat Intelegensia

Siapapun bisa mengalami decision fatigue ini. Fenomena decision fatigue dapat mempengaruhi bahkan individu yang paling rasional dan cerdas, karena setiap orang dapat menjadi lelah secara mental.

Semakin banyak keputusan yang dibuat sepanjang hari, semakin sulit setiap keputusan bagi kita. Akhirnya, otak mencari jalan pintas untuk menghindari decision fatigue dalam proses pengambilan keputusan, yang akhirnya mengarah pada pengambilan keputusan yang buruk.

Decision fatigue juga memiliki keterkaitan erat dengan tulisan saya sebelumnya yang terkait dengan "Paradox of Choice", yang dipopulerkan penelitian Universitas Columbia tentang sampel selai yang menunjukkan bahwa lebih banyak pilihan tidak mengarah ke rasio konversi penjualan yang lebih tinggi. Faktanya, justru orang yang kewalahan dengan terlalu banyak pilihan pada akhirnya tidak membuat pilihan sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun