Teknologi informasi yang berkembang pesat di era globalisasi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Dengan adanya internet, segala kebutuhan manusia dapat dengan mudah untuk didapatkan. Hal tersebut juga mengubah pola kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan informasi. Banyak informasi yang menyebar secara cepat di internet dan bahkan sulit untuk dikontrol.
Dapat kita lihat bahwa pada saat ini manusia semakin “dimanjakan” dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin meningkat, mulai dari adanya alat komunikasi seperti handphone yang memiliki bebagai fitur menarik dan teknologi internet. Internet bisa membuat kita melakukan aktivitas dengan lebih mudah seperti untuk bertukar informasi yang dapat kita lakukan tanpa harus bertatap muka satu sama lain. Selain itu perkembangan teknologi dan informasi mendorong munculnya berbagai macam aplikasi media sosial seperti TikTok, Instagram, Twitter, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pemanfaatan teknologi informasi di dunia diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi, internet dapat memudahkan segala aktivitas yang kita lakukan seperti berbelanja online melalui rumah, membayar tagihan secara online, jualan online, dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun di sisi lain, perkembangan media sosial juga memiliki dampak negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatif yang diakibatkan oleh internet yaitu cyberbullying. Cyberbullying merupakan sebuah masalah yang banyak dibicarakan orang dan dirasakan sebagai risiko yang nyata bagi kesehatan mental dan kesejahteraan remaja
Fenomena cyberbullying dapat muncul di kalangan anak-anak maupun remaja sebagai akibat dari adanya kemajuan teknologi dan informasi. Jika dibandingkan dengan kekerasan pada dunia nyata, cyberbullying dapat memberikan dampak yang lebih menyakitkan karena menyerang secara mental. Para peneliti mengatakan bahwa korban cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang. Mereka yang mengalami intimidasi baik fisik maupun verbal akan menimbulkan gangguan kesehatan mental seperti depresi.
Cyberbullying dapat kita artikan sebagai bentuk intimidasi yang dilakukan oleh seseorang untuk melecehkan korbannya melalui media online. Pelaku ingin melihat korbannya terluka. Terdapat berbagai macam cara yang bisa dilakukan oleh pelaku untuk menyerang korban. Contonya dengan mengirim pesan yang mengancam dan gambar-gambar yang mengganggu kepada sang korban. Pelaku akan mempermalukan korban dengan menyebarkan foto-foto korban untuk dibagikan kepada orang lain di internet sehingga korban merasa terancam. Selain itu, tindakan cyberbullying juga bisa melalui unggahan foto atau memposting sebuah sesuatu yang mempermalukan korban dan membuat sebuah ancaman seperti ancaman melalui pesan pribadi media sosial dan membuat situs web untuk menyebarkan fitnah. Faktor-faktor utama penyebab terjadinya cyberbullying yaitu seseorang yang melakukan cyberbullying cenderung merupakan korban perundungan di dunia nyata, mempunyai hubungan yang negatif dengan orang lain sehingga memicu ketegangan, peran dan interaksi antara orang tua dan anak, persepsi terhadap korban perundungan, serta tipe kepribadiannya.
Jika hal tersebut terus dilakukan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek yang serius. Contohnya seperti kegagalan dalam belajar di sekolah, menurunnya rasa kepercayaan diri, rasa kemarahan, timbulnya depresi, dan yang paling buruk yaitu bisa menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri. Efek yang dihasilkan oleh cyberbullying bahkan dapat merusak jiwa dan kondisi psikologis dari banyak remaja. Korban dari cyberbullying dapat dengan mudah merasakan depresi dan frustasi.
Cyberbullying bisa memiliki dampak yang lebih berbahaya daripada bullying di dunia nyata. Karena jika terdapat seorang anak yang menjadi korban dari cyberbullying, mereka cenderung ragu untuk memberitahukan apa yang terjadi secara online maupun melalui handphone mereka karena mereka mengalami trauma, takut, atau khawatir penggunaan ponsel mereka akan menjadi dibatasi oleh orang tua mereka. Dampak lain yang mengkhawatirkan dari cyberbullying adalah kecenderungan korban untuk melakukan bunuh diri.
Pada saat ini, kesehatan mental bukan lagi dipandang sebagai masalah sepele serta dianggap sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kondisi kesehatan mental pada korban cyberbullying dapat berhubungan dengan kecemasan sosial, stres emosional, penggunaan obat terlarang, gejala depresi, hingga ide dan usaha untuk bunuh diri. Oleh karena itu, kita harus lebih bijak lagi untuk menggunakan media sosial. Jangan sampai kita ikut menjadi pelaku cyberbullying bagi orang lain.
Referensi
Pratama, B. A. and Sari, D. S 2020, ‘Dampak Sosial Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Berupa Sikap Apatis di SMP Kabupaten Sukoharjo’, Gaster, 18(1), p. 65.
Sari, D. P 2021, ‘Gangguan Kepribadian Narsistik dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Mental’, Islamic Counseling : Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 5(1), pp. 93–114.
Sudrajat, A 2020, ‘Apakah Media Sosial Buruk untuk Kesehatan Mental dan Kesejahteraan? Kajian Perspektif Remaja’, Jurnal Tinta, 2(1), pp. 41–52.
Saputra. T. W., dkk 2020, ‘Penggunaan Media Sosial Sehat Untuk Mencegah Gangguan Mental 3(3), pp. 189–197.
Rachmatan, R. and Rayyan, R 2018, ‘Harga Diri dan Perundungan Siber pada Remaja’, INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 2(2), p. 120.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI