Ketika tak bisa berharap keberadaanmu, aku tak jua menganggapmu ada. Cecar mulutmu amat menyakitkan sarat makna. Andai kita berganti posisi apakah kamu terbelenggu?
Penyesalan berakhir manakala kamu menyakiti orang yang pernah bertaruh hidupnya untukmu seperti lelucon. Pertemuan bukanlah aib, tetapi peringatan hidup agar tak lengah. Siapapun kamu mengungkit masa lalu, cukup meluah. Waktunya pergi jangan pernah bersisian kerap menyisakan jejak
Hargailah pengorbanan seseorang bukan memusuhi apalagi menghasut keji. Adabmu jauh dari harapan, kau hanya memperdaya seseorang yang mulai tersungkur lemah. Dimana hati nurani kau letakkan?
Walau menjauh, jangan pernah lagi meninggalkan luka bening di kedua bola mata melembab. Hati yang keras tidak akan pernah melunak selain air yang akan melembutkan isinya. Begitu mudah melupakan titik embun bergulir mengikuti arus. Sementara atma masih enggan berpisah
Mampukah kamu menari di tengah badai gelap? Ibu pernah berpesan jangan berhenti ditengah badai atau menoleh kebelakang, karena kamu akan terhempas di tengahnya. Terus berjalan perlahan mengikuti hembusan. Hidup harus punya target, karena waktu kita tidak banyak lagi
Terima kasih udah merenda hari jemu bersamaku, dan menemani kala sepi membunuhku. Waktu jualah menjeda antara kau dan aku hingga sampai batas waktu tiada akhir. Bukan pertemuan yang membuatku murung, hanya kepongahan pernah kau usung masih jauh dari impian
Pergilah ... Pergi
Jangan datang lagi menoreh luka lama
Kini aku baik-baik saja
Tanpamu aku dapat tersenyum lega
Bireuen, 25 Januari 2023