Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gairah Senandika

28 Oktober 2021   18:00 Diperbarui: 28 Oktober 2021   18:06 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Huhh ... konspirasi jahat mereka menjerumuskanku ke lembah hitam." Milah sangat nenyesali kejadian itu.

Aku tiada berdaya, saudara pun tak mau kenal lagi karena kami orang miskin. Walau berat hati, aku menerima service job si Badrun yang rela menghambur hamburkan uang demi membayariku. 

Kini hidupku bergelimang harta hingga suatu hari Badrun berniat melamarku menjadi istri keempatnya.

Ya Allah, apa yang harus kulakukan? Sungguh berat keputusan yang harus ku ambil. Lantas, aku menceritakan masalah ini kepada orang tuaku dan mereka menyetujuinya. Aku dinikahi Badrun lelaki hidung belang super baik budi.

Tanpa sengaja aku tau, selama ini si Badrun tidak pernah mem-booking wanita lain selain aku. Sejak ia jatuh hati pada seorang janda miskin yang di tinggal cerai suaminya.

"Satu-satunya wanita yang aku gandrungi cuma Milah seorang," gombalnya suatu hari.

"Iya, Badrun gemar sekali bercanda. Pernah waktu itu, ia mengajakku menikah siri dan aku pikir ia nge-prank seorang janda yang bodoh dan miskin seperti aku?

"Tapi mimpiku menjadi kenyataan, Alhamdulillah ya Allah," ucap syukur dariku.

Setelah aku di nikahi, kami pun pulang ke kampung halaman memulai hidup baru di sana. Aku bahagia sekali meskipun berlumur dosa, ingin ku bersujud pada-Mu ya Rabb terimalah pintu tobat kami ini.

Semua kekayaan Badrun diberikan untuk anak istrinya. Ia memilih aku menjadi pendamping hidup selamanya. Kami memulai kembali dari nol, berbekal modal yang dibawa Badrun ke kampung.

Ia membeli sepetak tanah  lalu, kami kelola hingga jadi petani yang sukses. Julukannya di kampung sebagai juragan tanah pelit dan sombong hanya karena kami pernah bergelut di dunia malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun