Cuaca tak lagi ramah sejak polusi menjamahi kotaku. Keresahan mulai menata harapan sirna di suatu petang. Anak-anak berlarian tanpa mengenal lelah dan pasrah apa yang terjadi di sekitarnya
Ketika hembusan semilir menggantikan aroma menyengat seolah menikmati setiap hawa pekat. Tak bergeming dengan keacuhan yang ditawarkan menyapa bocah-bocah pilu tak berdosa.Â
Tua renta seakan terenggut paksa dalam kebebasan memperoleh bulir-bulir segar memompa pertukaran zat yang tiada berasa, berwarna apalagi membauinya.
Ia ada di sekitaran kita memaknai hidup jernih, penuh hawa kesejukan malam mengubah nuansa kelam. Membiru ragu tak kuasa mendogma masalah ini, kemanakah kasih sayang dan menghargai mereka yang ingin hidup sehat?
Tiada lagi ku temui rasa pertalian, kearifan, keegoisan batin menukik tajam seakan menghitung lembaran usang. Sepenggal kisah hidup penuh abu-abu kusam dan berdebu.
Coba sedikit bermanuver manakala posisi kita tertukar, masih adakah rasa nurani mengelabuimu? Kita punya hak untuk menikmati hidup sehat, jangan merampas yang bukan milikmu kembalikanlah!
Biarkan mereka menghirup hawa lepas murni dan hakiki, jangan kotori dengan tangan-tanganmu yang menimbun pundi-pundi keberuntungan. Pelihara tanganmu usah kotori lagi asap dan debu yang saban hari meresahkan.
Cukup! dunia sudah menua biarkan airmatanya mengalir deras membasahi permukaan bumi membasuh luka yang kau taburkan.
Beri ruang dan waktu untuk bermeditasi menjemput rasa secercah senyuman. Gerimis bahagia di sela-sela deru debu mengotori alam naturalku.
Penyesalan berujung teriakan tak kau hiraukan sedikit pun, tatapan kuyu bocah-bocah tak berdosa kau hentakkan setiap gemuruh rongga di antara tarikan tulang rusuknya.