Kisah ini seharusnya menjadi alarm bagi kita semua, bahwa rumah yang tidak sehat bisa merenggut masa depan generasi muda.
Solusi yang Bisa Dilakukan
Masalah ini memang tidak sederhana, tetapi ada langkah nyata yang bisa dilakukan. Ventilasi Masalah ISPA bisa dicegah dengan langkah sederhana.
Ventilasi rumah atau kos perlu ditambah, lewat jendela, lubang angin, atau celah kecil agar udara kotor keluar. Dapur sebaiknya dipisah dari ruang tidur, atau minimal diberi sekat, dan merokok di dalam rumah harus dihentikan.
Kebersihan juga penting dijaga. Kotoran hewan di desa maupun sampah di kos jangan dibiarkan menumpuk. Hal kecil seperti ini bisa mencegah penyakit.
Masyarakat perlu diedukasi untuk menjaga rumah tetap bersih, membuka jendela, mencuci tangan, dan memakai masker saat sakit. Pemilik kos juga bisa membuat aturan sederhana, misalnya melarang merokok di kamar.
Pemerintah bisa memperluas program rumah sehat, kompor ramah lingkungan, dan ventilasi sederhana. Tokoh adat, tokoh agama, hingga pengelola kos dapat ikut mendorong perubahan kebiasaan. Karena rumah sehat bukan hanya urusan kesehatan, tapi juga pembangunan dan pendidikan, maka solusinya harus dilakukan bersama-sama.
Penutup
Rumah beratap alang di kampung-kampung NTT adalah simbol kehidupan sederhana dan kebersahajaan. Namun, ketika asap dapur, asap rokok, dan kotoran hewan bercampur tanpa ventilasi, rumah bisa berubah menjadi ancaman.
Kisah seorang anak yang awalnya sakit paru lalu berujung hydrosefalus adalah peringatan keras: rumah bukan hanya tempat berteduh, tapi benteng pertama kesehatan keluarga. Jika lingkungan rumah tidak sehat, maka anak-anaklah yang pertama kali menjadi korban.
Pesan ini berlaku untuk semua orang. Entah tinggal di desa atau kota, rumah sederhana atau modern. Rumah sehat bukan soal besar atau kecil, bukan soal tradisional atau modern. Rumah sehat adalah rumah yang melindungi, bukan menyakiti.