Dari Ibu TH, saya belajar bahwa tidak peduli seberapapun kemapanan finansial seseorang, sikap santun dan berempati haruslah tetap dimiliki. Wah, kami di toko benar-benar sangat senang sekali kalau Ibu TH datang dan pastinya selalu berusaha melayaninya dengan baik. Walau belum tentu beliau membeli banyak produk, namun hal itu tidak mengurangi rasa senang kami ketika beliau datang.
Mungkin karena sikapnya yang menganggap orang dibawahnya itu selayaknya manusia yang memiliki rasa dan pikiran.
Saat mengobrol dengannya, saya merasa sangat senang, karena tutur katanya selalu berwawasan, tapi sama sekali tidak terdengar seperti menasihati. Dan selama mengobrol, saya hampir tidak pernah dirinya menceritakan betapa membanggakannya dirinya.
Saya belajar dari beliau, ternyata isi obrolan orang berwawasan itu kebanyakan pengetahuan, dan perspektif dari berbagai sisi untuk satu kejadian, bukan menceritakan diri sendiri atau menghakimi orang lain.Â
Selain merasa senang, saya juga merasa nyaman ketika mengobrol dengan Ibu TH, karena sorot matanya begitu adem. Wajahnya pun begitu ayu dan enak dilihat, serta tidak bosan dilihat. Saat itulah saya baru melihat kecantikan secara langsung karena inner beauty. Ternyata memang terlihat lebih indah, dibandingkan pulasan make up manapun.Â
Sekitar dua tahun yang lalu, saya baru berkesempatan ngobrol panjang lebar dengannya. Beliau menunggu suami dan ketiga anaknya selesai Shalat Jumat.
Saat itu keadaan tubuh Ibu TH baru saja pulih dari sakitnya. Suami dan ketiga anaknya sengaja mengosongkan jadwal untuk bisa menemani ibunya ke toko, tempat saya bekerja.Â
"Toko lagi perlu barang banget soalnya", kata Ibu TH. Padahal beliau bisa meminta anak atau suaminya memilihkan produk yang diinginkannya, namun mungkin karena ada rasa semangat setelah pulih, beliau ingin datang sendiri ke toko.Â
Tapi saya bersyukur bisa mengobrol panjang lebar dengannya, sehingga pelan-pelan saya mulai paham dirinya suka sekali warna merah dan makanan manis.Â
Jadi ketika didelegasikan tugas oleh atasan untuk membeli parcel Lebaran, saya tahu harus membelikan apa untuknya. Karena buat saya, Ibu TH adalah pelanggan terfavorit. Kalau parcel Lebaran untuk pelanggan lainnya, yaa, saya pilihkan yang general menghindari keruwetan dalam memilih kemasan.
Senang rasanya selama dua tahun Lebaran, saya bisa membelikan parcel yang sesuai dengan kesukaannya. Hanya satu Lebaran yang tidak saya kirimkan parcel, karena terkendala PSBB. Khawatir parcel yang akan saya pilih tidak higienis yang malah membuat kondisi kesehatan Ibu TH semakin tidak baik.Â