Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terima Kasih, Pak SBY, Budaya Indonesia Banyak yang Sudah Dipatenkan!

29 Juni 2020   13:28 Diperbarui: 29 Juni 2020   13:23 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Subak di Google Doodle | Foto : CNBC Indonesia

Pribahasa "Rumput tetangga memang lebih indah" menjadi bagian dari kehidupan saya sewaktu kecil. Saya selalu bercita-cita ingin tinggal di luar negeri yang memiliki gaya hidup dan negara yang lebih baik. Sama halnya saya melihat keluarga teman sepertinya lebih bahagia ketimbang keluarga sendiri.

Namun setelah merasakan dua tahun dinegeri orang, saya baru memahami pribahasa tersebut, karena sama halnya seperti saya, warga negara disana pun merasa negara saya memiliki banyak budaya dan pemandangan yang sangat indah ketimbang negaranya. Bukan itu saja, mereka juga memuji karakteristik negara kita, dimana kita semua ramah dan memiliki fase kehidupan yang sangat santai.

Salah satu hal yang membuat saya bangga pertama kalinya pada Indonesia, ketika teman-teman saya dari Macau dan Hongkong begitu memuja Bali. Mereka begitu antusias ketika berlibur ke Bali, dan sekembalinya dari sana mereka memamerkan foto-fotonya pada teman-teman mereka. Mereka begitu kaget ketika saya dan teman-teman Indonesia mengatakan bahwa Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia.

Mereka pun meminta rekomendasi destinasi pariwisata yang bagus di Indonesia. 

Nah, kami pun menyebutkan satu per satu destinasi pariwisata yang menarik bagi kami, dan mereka pun langsung searching. Sayangnya, mereka tidak menemukan foto-foto yang bagus di internet, maklum dulu sosial media belum segencar sekarang. Tapi terakhir saya lihat disalah satu sosial media, ada beberapa dari mereka yang sudah berkunjung ke Jawa Tengah, Medan, dan Sulawesi. 

Tidak hanya pariwisatanya, ketika saya dan teman-teman harus maju untuk pertunjukkan mewakili negara kami di sekolah, banyak orang juga yang mengagumi kebaya dan Batik yang kami pakai. Tapi saya sih tidak pakai kebaya ataupun Batik karena saat itu tidak ada ukuran untuk saya. Hehehe. Namun rasa bangga ketika ada orang lain yang mengagumi budaya Indonesia begitu membuncah.

Ketika pulang ke Indonesia, rasa sayang saya pada budaya dinegeri ini mulai tumbuh. Saya pun pelan-pelan banyak membaca tentang budaya kita. Saat ini, saya sangat tertarik pada budaya dan falsafah Jawa. Dari bacaan yang saya dapat, saya baru memahami kalau nenek moyang kita itu memiliki pola pikir peradaban yang tinggi. Mereka bisa membuat suatu budaya, bahkan membuat sistem irigasi, jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia.

Sayangnya, dulu negara kita terbagi-bagi oleh kerajaan besar, sehingga tidak ada rasa persatuan untuk melawan penjajah. Selain itu kalah licik dengan penjajah merupakan salah satu faktor yang membuat negara kita sempat terjajah.

Kembali ke masa sekarang.

Tadinya saya merasa sayang sekali mengapa hanya Batik yang dipatenkan ke UNESCO, padahal negara kita begitu luas dengan budaya yang beraneka ragam. Eh, tapi ternyata saya salah, sudah banyak kebudayaan kita yang dipatenkan ke UNESCO.

Salah satunya Subak Jatiluwih milik Bali.

Coba Anda perhatikan Google Doodle hari ini, mereka menampilkan Subak Jatiluwuhnya Bali, yang merupakan sistem irigasi tradisional Bali. Ada 4 alasan yang membuat Subak Jatiluwuh ini disematkan sebagai Warisan Dunia tak Benda, antara lain masih asli, varietas padi yang ditanam merupakan padi bali merah (varietas lokal), estetikanya sangat indah, dan masih memakai sistem tradisional untuk melestarikannya.

Tidak itu saja, ada Angklung, Gamelan, Lumpia, Sekaten, Wayang Kulit dan masih banyak lagi budaya kita yang sudah dipatenkan sebagai Warisan Dunia Tak Benda pada masa pemerintahan Presiden SBY. Kemudian diera pemerintahan Presiden Jokowi, pematenan budaya Indonesia ini dilanjutkan, daftarnya bisa Anda baca di website resmi Kementerian Pendidikan dan Budaya. Klik disini.

Saya tidak menulisnya satu per satu karena sangat panjang sekali. Makin dibaca, kita akan semakin menyadari kalau budaya Indonesia benar-benar sangat kaya, bahkan kalau dihitung pakai duit, sampai cape kali ngitungnya. Hehe.

Mengapa saya berterimakasih pada Presiden SBY?

Semenjak kepemimpinan beliau, budaya Indonesia semakin banyak dipatenkan, dan membuat masyarakat kita semakin melek dengan kebudayaan sendiri. Walau sebagian besari dari kita masihlah mengagumi budaya luar negeri seperti Jepang dan Korea, akan tetapi kita tidak pernah meninggalkan ataupun menganggap budaya kita kuno, melainkan unik dan estetik.

Kesadaran ini muncul semenjak Batik menjadi pakaian yang wajib kita pakai. 

Hal ini mencegah negara tetangga mengklaim Batik sebagai warisan budaya miliknya. Karena kewajiban tersebut, pada akhirnya Batik tidak hanya dinikmati orang luar saja, akan tetapi masyarakat kita sendiri juga mulai merasakan ada chemistry dengan batik.

Batik tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang kuno ataupun antik, atau hanya untuk orang tua saja, akan tetapi Batik sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. 

Nah, kalau misal dulu Pak SBY tidak menerapkan aturan wajib pakai Batik, bisa saja warisan budaya kita ini diklaim oleh  negara lain kan? Apalagi kebanyakan Batik lebih dinikmati oleh wisatawan ketimbang masyarakat kita sendiri. Karena kita sering mengenakkannya, dan banyak desainer-desainer Indonesia yang mengkreasikan fashion Batik sesuai dengan zaman, membuat kita semakin melihat keindahan dari seni Batik itu bagaimana.

Sama seperti kata pepatah, "makin dilihat, makin sayang". 

Tidak itu saja, penghargaan terhadap maestro seniman tradisional pun banyak bermunculan ketika beliau memimpin, salah satunya almarhum Dariah, maestro Tari Lengger Lanang yang sempat hampir punah. Karena adanya penghargaan tersebut, Tari Lengger Lanang khas Banyumas  bisa kembali dinikmati dan disukai oleh masyarakat, bahkan Tari Lengger Lanang dijadikan tarian penyambut tamu di Banyumas. 

Universitas luar negeri pun semakin banyak yang mempelajari alat musik tradisional Indonesia, dan sastra Jawa, seperti New Zealand School of Music (NZSM), Lawrence University, Amerika Serikat, Memorial University of Newfoundland, Kanadam dan sebagainya. Beberapa universitas lainnya, seperti di Belanda, sebenarnya sudah lama membuka fakultas Sastra Jawa, namun setelah UNESCO mengakui beberapa budaya Indonesia sebagai Warisan Dunia tak Benda, semakin banyaklah universitas luar yang membuka mata kuliah tersebut.

Tontonan teater yang berbau budaya Indonesia juga semakin dinikmati oleh generasi muda, berkat kreativitas para budayawan yang mencintai Indonesia.

Dari sini saya baru menyadari peran seorang pemimpin sebagai penggerak.

Dimulai dari Presiden SBY yang menggalakkan kita untuk pakai Batik, memberikan penghargaan kepada maestro budaya ataupun budayawan, kemudian mengumpulkan data-data yang valid kebudayaan kita kepada UNESCO untuk dipatenkan, hingga membuat banyak wisatawan semakin melirik budaya kita. 

Dengan adanya dukungan pemerintah, para budayawan, desainer dan pengrajin menjadi bersemangat untuk berkreativitas dengan budaya bangsa kita. Dari sana ada peran publik figur dan media yang bergerak "meracuni" masyarakat untuk mencintai budaya bangsa sendiri. Alhasil, bisa kita lihat sekarang tidak sedikit generasi muda yang mencintai budayanya, disamping mencintai budaya negara luar.

Sebagai penutup, saya ingin mengucapkan terima kasih, Pak SBY! :)

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun