Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Tidak Sekadar Profesi

25 November 2019   11:52 Diperbarui: 26 November 2019   07:29 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Republika.co.id

Tapi beliau tidak pernah mengeluh memberikan waktunya mengajar sampai jam 9 malam, untuk mengajar sampai kami memahami mata pelajaran yang beliau sampaikan. 

Marah besar dan sangat galak, ketika kami tidak mau mendengarkan sama sekali. Tapi tidak pernah mengeluhkan waktunya yang terbuang untuk mengajar kami. Lucunya, beliau memakai berbagai macam metode, supaya kami tertarik belajar mata pelajarannya. 

Mata pelajaran yang beliau sampaikan, ternyata berpengaruh cara kami belajar untuk mata pelajaran lainnya. Ketika ujian kelulusan diumumkan, dan kami, siswa-siswi bimbingannya, dinyatakan lulus. Secara spontan, kami langsung bergerak mencari Pak Ou untuk memberitahu kelulusan kami. Entah kenapa, kami merasa sangat wajib memberitahukan pada beliau. 

Rasa haru dan terima kasih yang amat sangat kami haturkan pada beliau, dan beliau cengar-cengir jaim mengetahui kelulusan kami. 

Inilah saya katakan, guru tidak sekedar profesi, coba bandingkan dengan gaji dan waktu yang beliau berikan untuk kami, hingga kami bisa lulus dengan nilai yang baik. Keluhan pun tidak pernah beliau teriakkan pada kami tentang gajinya atau waktunya yang terbuang, malahan kami disemprot apabila tidak mendengarkan beliau ketika mengajar. 

Ibu Lin.

Guru diploma saya juga yang sama galaknya seperti Pak Ou. Beliau juga gemar memukul kepala saya memakai buku absen yang keras, karena saya seringkali bermain gim ketika dikelas.

Ibu Lin adalah guru bahasa Mandarin, beliau benar-benar memperhatikan artikulasi para siswanya, sekaligus nada bahasa tersebut. Setiap pelajarannya, siap-siap mulut pegal, karena kami harus berbicara dengan jelas dan nada yang sangat pas. Terkadang setelah pelajarannya, saya sudah tidak mau berbicara lagi saking pegalnya mulut. 

Terkadang saya berpikir, mulut kami saja pegal sekali, bagaimana dengan Ibu Lin yang setiap hari mengajar beberapa kelas, dan masing-masing murid beliau latih dan dengarkan artikulasi dan nadanya.

Menjadi seorang guru benar-benar tidak sekedar profesi, ilmu yang dibagikan begitu berharga, hingga lelah sendiri tidak dirasakan karena rasa tanggung jawabnya untuk berperan sebagai seorang yang digugu dan ditiru oleh anak didiknya.

Jadi guru itu benar-benar tidak bisa kita katakan, "Saya udah bayar, maka kamu mesti kasih yang terbaik untuk anak saya", dibalik dari uang yang kita keluarkan, ada hati dan dedikasi yang tinggi dibalik dari profesinya, yang tidak bisa kita bayar dengan harga berapapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun