Mohon tunggu...
Nada Salsabila
Nada Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Soon to be professional writer

life freely

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Bab 9 Komunikasi Profetik oleh Holy Rafika Dhona

27 November 2021   16:24 Diperbarui: 27 November 2021   16:36 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fshopee.co.id%2FREADY-STOCK!!-KOMUNIKASI-PROFETIK-(PERSPEKTIF-PROFETIKA-ISLAM-DALAM-KOMUNIKASI)-Holy-

REVIEW BAB 9 BUKU KOMUNIKASI PROFETIK
‘Beberapa Konsep Penting Komunikasi Profetik’

1.Definisi Komunikasi Politik


Komunikasi Profetik tidak sama seperti ‘perspektif dakwah’, ‘kontekstual’, dan ‘komunikasi islam’. Melainkan, komunikasi profetik merupakan sebuah usaha untuk membentuk tujuan kenabian, yaitu teori dan praktik komunikasi dikawal oleh perspektif atau paradigma humanisasi liberasi dan transendensi.

A.Komunikasi Manusia sebagai Tindakan Konstitutif dan Politis


Kata ‘komunikasi’ tidak dapat dijumpai di dalam Al’Quran karena bukan merupakan bahasa Arab. Akan tetapi, terdapat beberapa konsep-konsep yang menyinggung elemen-elemen komunikasi di dalam Al-Quran, seperti kata ‘lafadz’, ‘qoul’, dan ‘kalimah’ (Helni 2017). Namun dalam Al-Quran telah disinggung mengenai komunikasi pada saat penciptaan Nabi Adam AS. Dalam kisah tersebut, tertulis secara tidak langsung bahwa komunikasi merupakan salah satu ciri manusia karena Nabi Adam AS. dapat menyebutkan nama-nama benda. Hal ini dapat ditemui pada QS. Al-Baqarah ayat 30 sampai 34.
Pada biasanya, pengucapan nama-nama benda dibekali dengan kemapuan kognitif dan linguistic yang merupakan kemampuan berpikir dan berbahasa. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 31 dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang diajari untuk menamai benda-benda. Maka, tindakan tersebut dinamai dengan ‘tindakan menamai’.
Dalam ‘tindakan menamai’, ada dua konsep penting yang dapat dijabarkan. Yang pertama adalah konstitutif yang berarti ‘tindakan menamai’ berefek membentuk sesuatu. Hal ini bertujuan untuk memahamkan kita bahwa komunikasi manusia dapat membentuk suatu interpretasi tertentu.
Yang kedua adalah politis. ‘Tindakan menamai’ merupakan sebuah usaha kategorisasi yang merepresentasikan suatu hal dan juga memberi identitas pada objek yang dinamai. Dan identitas sendiri memilik hubungan erat dengan politik. Selain itu hal ini memberi sudut pandang bahwa komunikasi semestinya dilihat selaku tindakan politis yang melibatkan kekuasaan.

B.Pentingnya Konsep Mustadh’af dalam Komunikasi Profetik


Keadilan merupakan hal yang erat dengan ketakwaan. Maka dari itu, komunikasi profetik memiliki tujuan yang mulia, yaitu keadilan. Dalam hal ini, metode dialektis-historis digunakan untuk menganalisa keadilan dalam realitas sosial. Mengenai keadilan, islam menyerukan sebuah perintah yaitu zakat. Zakat merupakan himbauan untuk membagikan kekayaan untuk orang-orang yang kurang mampu atau lemah. Orang-orang ini umumnya disebut dhu’afa atau mustadh’af.
Dhu’afa dan mustadh’af memiliki perbedaan secara kategori. Dhu’afa merupakan orang lemah yang disebabkan oleh keadaan dari dirinya sendiri. Sementara mustadh’af merupakan oranb lemah yang disebabkan oleh sekitar, seperti penindasan, ketidakadilan, dan lain sebagainya. Perbedaan lainnya  dari kedua kategori orang lemah ini adalah kaum dhu’afa memiliki kecondongan untuk menyertai pemilik kekuasaan, sementara kaum mustadh’af tidak. Kaum mustadh’af memohon bantuan pada pemilik kekuasaan. Dan hal inilah yang menjadikan perspektif pada komunikasi profetik, yaitu mewujudkan keadilan dan berpihak pada kaum mustadh’af.


2.Evaluasi Kritis Mengenai ‘Beberapa Konsep Penting Komunikasi Profetik’

A.Kekurangan

Secara penulisan, buku ini terutama pada Bab 9 materi ‘Beberapa Konsep Penting Komunikasi Profetik’ ditulis secara singkat dan padat dalam upaya mudah dimengerti oleh para pembaca. Namun hal itu sendiri memiliki beberapa dampak. Salah satunya contohnya adalah beberapa kata dalam Bahasa Arab yang dicantumkan tak memiliki arti, sehingga pembaca harus menerka atau mencari terlebih dahulu maksud dari kata tersebut. Hal ini salah satunya ditemukan pada halaman 94 dari buku Komunikasi Profetik tersebut.
Selanjutnya, buku ini tidak melampirkan secara lengkap mengenai ayat dari surah Al-Quran yang telah disebutkan. Sebagai contoh pada pembahasan penciptaan Nabi Adam AS., buku ini menyinggung QS. Al-Baqarah ayat 30-34 sebagai sumbernya. Akan tetapi yang dicantumkan hanya ayat ke 31. Hal ini sedikit membingungkan karena jika hanya ayat ke 31 yang akan dibahas, mengapa penulis juga menyebutkan ayat 30, 32, 33, dan juga 34?

B.  Kelebihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun