Pulang dan Ingin Mengulang
Nah, setelah puas menikmati pemandangan di atap Kediri sekaligus berswafoto dengan teman-teman, kami turun dengan estimasi perjalanan 1,5 jam. Tau apa plot twist-nya?
Dan yap, kita salah jalur lagi. Sudah diberi informasi oleh bapak-bapak yang turun lebih dulu untuk mengambil jalur yang akhirnya kami lewati, tapi ternyata jalur itu adalah jalur off-road alias jalur motor trail. Jadilah jalannya licin bukan main. Bahkan kami sempat bertemu pengendara motor trail dan minta kejelasan (bukan kepastian ke calon pasangan lho, ya) tentang jalan pulang yang benar.
Untungnya, meskipun bukan jalur pendakian, jalannya masih bisa dilewati dan sampai dengan selamat meski lagi-lagi bikin kami berempat auto nyebut di sepanjang jalan. Eh, tapii kali ini nggak salah sendiri karena di belakang kita juga ada 3 pendaki yang kebingungan jalan dan sama-sama tersesat tak tau jalan pulang.
Walaupun sempat tersesat, akhirnya kami berempat tetap bisa keluar dari kawasan Gunung Klotok meski bukan kembali di titik awal pendakian. Kami harus jalan beberapa kilometer lagi untuk sampai di titik awal. Di tengah kondisi capek bukan main, pertolongan Allah selalu nyata adanya. Ada mobil pick up lewat dan mau ditumpangi sampai ke tempat parkir motor kami. Alhamdulillah, nggak jadi sambat karena perjalanannya malah makin seru bukan main, hehe!
Pesanku hanya satu: hati-hati dan jangan mudah tertipu jika ada yang ngomong "cocok untuk pemula"Â karena bisa jadi yang dimaksud pemula adalah pemain sejak lama alias sudah pro maksimal. Gunung Klotok memang cocok untuk pemula. Tapii, maaf sepertinya aku dan teman-temanku lebih cocok disebut pra-pemula.
Sejatinya, mendaki gunung membuat kita perlahan paham bahwa di balik keindahan dan ketenangan alam, ada pelajaran besar tentang kerendahan hati. Manusia yang biasanya sibuk dan mahir mengerjakan ini-itu, mendadak terdiam seribu bahasa dan merasa kecil di tengah jalur pendakian karena takjub akan kuasa-Nya.Â
Di tengah perjalanan rasa-rasanya hanya satu yang penting, yakni tetap menjaga sikap ke alam, ke sesama manusia, dan juga ke diri sendiri. Gunung tidak butuh kita taklukkan karena belum sampai puncaknya saja, kita-kita ini sudah kewalahan. Gunung yang merupakan bagian dari alam hanya butuh untuk kita hargai, hormati, dan dijaga sepenuh hati. Setuju, Kawan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI