Oh ya, alasan di balik lamanya perjalanan kami berempat, tak lain dan tak bukan adalah salah ambil jalur. Seharusnya kami ambil jalur yang landai, tapi malah belok ke jalur yang curam. Tidak apa-apa, tidak perlu dianggap sebagai masalah serius. Bukankah selalu ada hikmah di balik setiap salah?
Kebesaran Kuasa-Nya
Percayalah, Kawan. 536 mdpl yang kelihatan rendah itu ternyata susahnya minta ampun. Seperti apa kata peribahasa, air tenang jangan disangka tiada buayanya. Gunung dengan ketinggian tak seberapa jangan dianggap remeh begitu saja. Justru tantangannya biasanya lebih ngeri daripada gunung-gunung dengan ketinggian berlipat.
Inilah yang kami alami ketika menyusuri jalur pendakian Gunung Klotok. Kelihatannya gampang, ternyata susah. Kelihatannya susah, ternyata susah banget. Kami harus bertahan menghadapi sekaligus menaklukkan tanjakan yang curam, tanah bebatuan licin di kanan kiri atas bawah, pemandangan jurang yang menganga lebar, dan struktur tanah yang miring mirip tebing.
Saat berjibaku dengan tali-tali yang membantu proses naik ke puncak langsung terbayang atlet panjat tebing yang lincah menapaki bebatuan di kemiringan tertentu. Nggak kebayang deh kalo tiap hari harus manjat tebing yang ngeri-ngeri sedap kayak gini.
Pelajaran terpenting ketika berpetualang di alam adalah kita jadi lebih mengenal sang Pencipta. Bagaimana tidak? Sepanjang perjalanan dibuat kagum dengan kerumitan yang tercipta dengan sangat teliti. Semua detail pepohonan, bebatuan, sungai, hewan-hewan, benar-benar membuat kagum akan kuasa-Nya. Kalau biasanya hanya melihat dari kejauhan wujud gunung berwarna hijau kecoklatan, kini aku tahu kalau ternyata di dalam gunung ada banyak kehidupan.
Selain itu, saat mendaki di jalur yang curam kami berempat langsung teringat dan meminta pertolongan lewat doa. Saking takutnya dengan rintangan yang ada di depan, tiap menemui jalanan yang curam auto nyebut "Ya Allaahh tolong hamba-Mu inii, astaghfirullah jalurnya, lailahaillallah ngerii, allahuakbarrr ini gimana cara naiknyaa?"
Alay, ya? Memang. Namanya juga pendaki FOMO. Tapi setidaknya dengan mendaki kita jadi lebih mengenal, gampang mengingat, dan mudah meminta pertolongan pada Yang Maha Kuasa. Bukankah sebenarnya itulah tujuan utama ketika berpetualang di alam? Untuk lebih mengenal kekuasaan dan kebesaran Sang Maha Pencipta.
Dalam Al-Qur'an surat Al-An'am: 11 pun telah disebutkan
Berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)