Mohon tunggu...
Najwa Nurul Ilmy
Najwa Nurul Ilmy Mohon Tunggu... Mahasiswa

UIN Raden Fatah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kemajuan Filsafat Pendidikan Islam Klasik: Antara Pengaruh Yunani dan Karakter Islami

13 Mei 2025   05:50 Diperbarui: 13 Mei 2025   09:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dosen Pengampu: Koja Iswanto, M. Pd

Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam

1. Kemajuan Filsafat Pendidikan Islam pada Masa Klasik

Kemajuan filsafat pendidikan Islam pada masa klasik merupakan hasil dari kombinasi antara kekuatan intelektual umat Islam dan stabilitas politik yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Masa keemasan peradaban Islam, khususnya pada era Dinasti Abbasiyah (abad ke-8 hingga ke-13 M), menjadi momen penting bagi tumbuh suburnya pemikiran filsafat, termasuk dalam bidang pendidikan. Pemerintahan Abbasiyah sangat mendukung kegiatan ilmiah dan filosofis, dengan mendirikan institusi-institusi keilmuan yang berfungsi sebagai pusat riset dan pembelajaran.

Mengutip dari artikel jurnal berjudul Peranan Baitul Hikmah Dalam Menghantarkan Kejayaan Daulah Abbasiyah salah satu lembaga paling berpengaruh adalah Baitul Hikmah di Baghdad. Di tempat ini, karya-karya penting filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, dan Plotinus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga membuka akses bagi para ilmuwan Muslim untuk mempelajarinya. Selain sebagai pusat penerjemahan, Baitul Hikmah juga menjadi tempat diskusi dan pengembangan gagasan-gagasan baru yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam. Aktivitas ilmiah ini melahirkan banyak tokoh besar yang memberikan kontribusi besar terhadap filsafat pendidikan, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibn Sina.

Dorongan untuk mengkaji filsafat tidak hanya bersifat ilmiah, tetapi juga spiritual. Umat Islam pada masa itu terdorong untuk memahami wahyu secara rasional agar dapat mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu dunia dalam kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan tidak sekadar bertujuan mencetak manusia berilmu, tetapi juga membentuk pribadi yang utuh secara intelektual dan spiritual. Filsafat pendidikan Islam kemudian berkembang menjadi sarana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang hakikat manusia, tujuan hidup, serta hubungan antara akal dan iman.

2. Pengaruh Filsafat Yunani terhadap Islam

Filsafat Yunani memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran Islam, terutama pada masa awal kemunculan filsafat dalam peradaban Muslim. Adapun menurut IDEApers pemikiran-pemikiran dari tokoh seperti Plato, yang menekankan dunia ide dan pencarian kebijaksanaan sejati, serta Aristoteles, yang mengembangkan logika, metafisika, dan etika, menjadi bahan kajian penting bagi para filsuf Muslim. Karya-karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh penerjemah-penerjemah handal seperti Hunain bin Ishaq dan disebarluaskan di kalangan ilmuwan Muslim.

Namun, penting untuk dicatat bahwa para pemikir Islam tidak serta-merta menerima seluruh isi pemikiran Yunani. Mereka melakukan proses seleksi, kritik, dan reinterpretasi. Pemikiran filsuf Yunani yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam ditolak, sementara yang sejalan atau dapat disesuaikan dengan Islam dikembangkan lebih lanjut. Misalnya, Al-Farabi mencoba menyelaraskan pemikiran Plato dan Aristoteles dengan ajaran Islam, dan menyusun pandangannya tentang negara ideal yang sangat dipengaruhi oleh gagasan filsafat politik Yunani, namun disesuaikan dengan konsep kenabian dalam Islam.

Dalam bidang pendidikan, pengaruh Yunani terlihat dalam penekanan pada logika dan metodologi berpikir kritis. Namun, filsafat pendidikan Islam menambahkan dimensi moral dan spiritual yang tidak banyak dibahas dalam filsafat Yunani. Ibn Sina, misalnya, mengembangkan pandangan pendidikan yang menekankan tahap-tahap perkembangan anak dan pentingnya pengajaran akhlak sejak dini, sesuatu yang tidak menjadi fokus utama dalam filsafat Yunani.

Dengan demikian, interaksi antara filsafat Yunani dan Islam bukanlah hubungan satu arah. Filsafat Yunani menjadi batu loncatan bagi para pemikir Muslim untuk membangun sistem filsafat dan pendidikan yang lebih menyeluruh. Melalui proses asimilasi ini, lahirlah suatu pemikiran filsafat yang khas Islam: logis, rasional, tetapi tetap berpijak pada wahyu dan nilai-nilai keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun