Aksesibilitas dan Infrastruktur Digital: Keterbatasan jaringan internet, terutama di daerah pedesaan terpencil, menghambat implementasi IoT dan platform digital (FAO, 2021).
Regenerasi dan Kapasitas Petani: Mayoritas petani Indonesia berusia tua dan memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, membuat mereka kesulitan mengadopsi teknologi baru dan mahal (Soekartawi, 2020).
Modal dan Biaya Investasi Awal: Peralatan Precision Farming dan Smart Greenhouse memerlukan investasi awal yang besar, yang sulit dijangkau oleh petani skala kecil dengan modal terbatas (World Bank, 2022).
Regulasi dan Kebijakan yang Mendukung: Diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih terarah, mencakup subsidi teknologi, program pembiayaan khusus, dan perlindungan data pertanian (BPS, 2023).
Fragmentasi Lahan Pertanian: Lahan pertanian yang sempit dan terfragmentasi menyulitkan penggunaan mesin pertanian berkapasitas besar secara efisien (Soekartawi, 2020).
Mengatasi tantangan tersebut membuka peluang besar bagi Indonesia:
Meningkatkan Keterlibatan Generasi Muda: Penggunaan teknologi menarik minat kaum muda untuk terjun ke sektor pertanian, mengubah citra petani menjadi profesional yang melek teknologi (Agri-Preneur) (World Bank, 2022).
Ketahanan Pangan dan Kualitas Produk: Peningkatan produktivitas dan efisiensi melalui presisi dapat memastikan pasokan pangan yang stabil, aman, dan berkualitas, mendukung ketahanan pangan nasional (Departemen Pertanian RI, 2022).
Ekonomi Pedesaan dan Ekspor: Digitalisasi dapat memutus rantai pasok yang panjang, memberikan harga yang lebih adil bagi petani, dan meningkatkan daya saing produk ekspor (Hermanto, 2018).
Keberlanjutan Lingkungan: Precision Farming dan Pertanian Organik yang didukung teknologi dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia berlebihan, berkontribusi pada pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan (Susanto, 2017).
Kesimpulannya Pertanian Digital adalah keniscayaan bagi Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan di masa depan. Berbagai inovasi seperti Precision Farming dan Smart Greenhouse menawarkan solusi konkret terhadap masalah klasik seperti keterbatasan lahan dan regenerasi petani. Namun, keberhasilan adopsinya sangat bergantung pada upaya kolektif pemerintah, akademisi, dan swasta dalam mengatasi hambatan infrastruktur digital, kapasitas SDM petani, dan akses permodalan. Dengan kolaborasi yang kuat dan kebijakan yang visioner, Indonesia berpotensi mengubah sektor pertanian dari sektor subsisten menjadi sektor unggulan berbasis teknologi yang menyejahterakan (FAO, 2021).