Mohon tunggu...
Najla
Najla Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa pascasarjana UI

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Money

Sumber Pendapatan Negara di Timur Tengah

5 Juni 2020   14:00 Diperbarui: 5 Juni 2020   14:07 2117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kawasan Timur Tengah merupakan wilayah unik yang menyatukan negara- negara Arab dengan diapit oleh negara- negara Non- Arab (Turki, Iran, dan Israel), memiliki potensi besar sehingga menjadi rebutan kekuasaan sejak dahulu hingga kini juga dengan segala realitas kompleksnya; epicentrum krisis dunia, secara kronis rawan akan perang dan situs konflik paling berkepanjangan di dunia (Hinnebusch, 2003).  Timur Tengah yang mencakup tiga benua dengan negara- negara yang memiliki dinamika ekonomi yang serupa ataupun sedikit berbeda, dengan faktor- faktor tertentu. Menurut (Cohen, 1977) kekuasaan politik yang diwariskan - suku, sektarian atau etnis - adalah sumber utama kekayaan di sebagian besar negara-negara Arab, tidak seperti negara-negara Barat di mana kepemilikan sarana produksi adalah sumber utama kekuatan politik dan kekayaan. Elit nasional yang mengambil bagian dalam membebaskan negara dari kolonialisme di beberapa Negara-negara Arab memperoleh kendali atas alat-alat produksi, dan mampu melakukannya dengan mengabadikan kekayaan dan kekuasaannya berdasarkan kecenderungan semi-kapitalis/ semi-sosialis, tidak seperti kelas borjuis Barat.

Suku Arab sebagai mayoritas di Timur Tengah mendiami beberapa negara yang terbagi menjadi dua kelompok: yang pertama terdiri dari sembilan negara penghasil minyak (Uni Emirat, Bahrain, Aljazair, Arab Saudi, Irak, Oman, Qatar, Kuwait dan Libya); yang kedua 13 negara non-minyak (Yordania, Tunisia, Djibouti, Sudan, Suriah, Somalia, Palestina, Kepulauan Komoro, Lebanon, Mesir, Maroko, Mauritania dan Yaman). Beberapa negara di atas diakui sebagai negara Timur Tengah secara politik, meskipun negara- negara Timur Tengah yang diketahui secara umum berjumlah 17 ditambah tiga negara non- Arab yaitu; Turki, Iran, Israel. Pendapatan negara- negara Timur Tengah cukup beragam selain dari pada minyak di antaranya dari sektor pertanian. Meskipun hanya sekitar 15 persen lahan yang cocok untuk pertanian, Meskipun demikian, pertanian tetap menjadi kegiatan ekonomi paling penting di kawasan ini, gandum dan nasi adalah tanaman pangan utama, buah ara dan kurma ditanam di oasis gurun dan buah-buahan jeruk di wilayah pesisir Mediterania. Tanaman komersial utama adalah kapas, kopi, dan tembakau. Pemeliharaan ternak sangat penting bagi ekonomi pertanian.

Tonggak revolusi ekonomi milik Timur Tengah dimulai pada bidang Minyak dan Industri; dengan penemuan cadangan minyak. Lebih dari setengah dari cadangan minyak dunia yang ditemukan pada wilayah tersebut, meskipun mereka tidak terdistribusi secara merata. Arab Saudi memiliki simpanan terbesar serta merupakan penghasil dan pengekspor minyak terkemuka dunia. Iran, Irak, dan Teluk Persia, Kuwait adalah produsen utama lainnya. Selain minyak, krom, batubara, belerang, dan magnesium yang ditambang di Turki, dan fosfat dari Yordania, wilayah tersebut umumnya kurang akan sumber daya mineral. Turki, Mesir, dan Israel adalah negara paling maju di kawasan ini. Pemrosesan produk pertanian, pemurnian minyak bumi dan produksi petrokimia, tekstil, dan kerajinan tradisional seperti tenun karpet adalah bidang utama dari kegiatan industri. Sedangkan industri berat, termasuk mesin, produksi baja dan perakitan kendaraan bermotor, sedang terus menerus dikembangkan saat ini (modern) (Kublin, 2020).

Setengah total cadangan minyak diseluruh dunia yang dimiliki Timur Tengah  menjadi penentu pasar minyak di dunia dengan presentase; cadangan terbesar ada di Arab Saudi, yang sekitar 36% dari total cadangan minyak di Timur Tengah, kemudian disusul Irak 16%, UAE 14%, Iran 13%, Kuwait 13%, Libya 4%, Oman 1%, Qatar 1%, Yaman 1%, dan Aljazair 1%. Selain itu kawasan Timur Tengah dinilai startegis secara geografi yang memberikan potensi yang sangat menguntungkan bagi negara -- negaranya, salah satunya dikawasan ini terkandung mineral yang melimpah, contohnya seperti: tembaga, batu bara, besi dan tentunya minyak yang menjadi asset terbesar bagi kawasan ini (Cohen, 1977).
Sekilas tentang pendapatan dan pengeluaran negara saat ini, selain dari beberapa yang sudah dijelaskan sebelumnya, melanjutkan dari periode pasca berlangsungnya perang, negara- negara Timur Tengah juga sudah merambah sektor lain selain minyak, contohnya Arab Saudi yang mulai memperdayakan sektor swasta untuk menambah kemitraan dan persaingan pekerjaan yang sehat dan menyediakan kesejahteraan masyarakat Arab jangka panjang dengan program Saudi Vision 2030 (Arab Saudi). Visi Arab Saudi jangka panjang memiliki 3 pilar penting di dalamnya, antara lain: A Vibrant Society, Thriving Economy, dan An Ambition Nation (Citra Nur Hikmah, 2019).

Pendapatan negara- negara Timur Tengah non- minyak, selain dari hasil alam  negara tersebut juga didapatkan dari investasi bebas yang dibuka oleh negara- negara penghasil minyak, juga lowongan pekerjaan bagi pekerja asing, sehingga terjadi hubungan mutualisme antara kedua kelompok; negara non- minyak mendapatkan devisa dari warganya yang bekerja di luar negeri (Rachmatullah Oky Raharjo, 2018). Selain itu, negara Mesir misalnya menurut (Jamilah, 2017) sebagai salah satu kawasan yang berpotensi secara ekonomi menyandarkan pemasukan negaranya pada beberapa sektor penting yang memberikan kontribusi besar bagi GDP dari tahun 2011- 2012, tiga di antaranya; sektor pertambangan, industri manufaktur, pertanian termasuk meliputi irigasi dan perikanan, sisanya adalah perdagangan dalam negeri, layanan pemerintahan, dan sebagainya.

Bibliography

Citra Nur Hikmah, A. (2019). Saudi Vision: Reformasi Ekonomi Arab Saudi. Periode: Jurnal Sejarah Dan Pendidikan Sejarah, 34.

Cohen, E. (1977). Recent Anthropological Studies Of Middle Eastern Communities and Ethnic Groups. Annual Review Anthropol, 324.

Hinnebusch, R. (2003). The international politics of the Middle East. Manchester and New York: Manchester University Press.

Jamilah, M. (2017). Ketidaksetaraan Gender Perempuan Mesir di Bidang Politik Pasca Arab Spring 2011. Buana Gender, Vol. 2, Nomor 2, 155.

Kublin, H. (2020). Middle East_ Economy_ Scholastic. Retrieved Mei 30, 2020, from Middle East_ Economy_ Scholastic Web site: Middle East_ Economy_ Scholastic

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun