Mohon tunggu...
Naini Nafisyah
Naini Nafisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Kritik membangun lebih baik daripada Saran manipulatif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Agama Berbicara Feminisme

19 Desember 2021   15:54 Diperbarui: 19 Desember 2021   16:27 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tubuh laki-laki memiliki otot yang lebih banyak daripada wanita. Sedangkan wanita memiliki jumlah lemak lebih banyak daripada pria. Lemak yang berada dalam diri wanita merupakan suatu factor penting dalam perkembangan janin. Kaum wanita lebih sensitif akan sentuhan daripada laki-laki. 

Wanita mengangap sentuhan merupakan suatu bentuk perhatian. Sedangkan laki-laki menganggap sentuhan itu bentuk ancaman. Dilihat dari kondisi kulit wanita yang tipis dan sensitif menjadikan kepekaan wanita lebih tingi=gi. Sedangkan kulit laki-laki lebih tebal terutama di bagian punggung

Secara fitrah penciptaan laki-laki dan wanita diciptakan berbeda. Sehingga tidak adil ketiks menilsi lelaki dengan standar wanita, begitupun sebaliknya. Laki-laki dan wanita tercipta berbeda, bukan berarti ditujukan untuk saling berkompetisi dan bersaing. Mereka tidak didesai dengan fungsi yang sama. Laki-laki dan wanita memiliki karakter yang berbeda. Perbedaa itu bukan ditujukan untuk bersaing tapi untuk saling melengkapi.

Wanita dituntut bersaing dengan laki-laki, dengan menstandarkan semua hal yang bisa dilakukan bisa dilakukan juga oleh kaum wanita. Dimana standar yang dituju tentang hal duniawi seperti harta, tahta, dan semua kesenangan dunia. Seperti sistem yang tidak asing, kapitalisme. 

Sedangkan dalam islam, track antara wanita dan laki-laki berbeda tapi yang dicapai sama dan memiliki kesetaraan nilai. Laki-laki dan wanita berkompetisi untuk mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT sesuai dengan fitrah dan usaha meningkatkan ketaqwaan mereka masing-masing yang menjadi tolak ukurnya. 

Dalam buku ini menceritakan sebuah kisah tentang tokoh perempuan islam yang diberi julukan khatibatun nisa (juru bicara kaum wanita). Asma binti Yazid bin Al-Sakan wainta yang memiliki hujjahi dan daya pikat dalam setiap ucapan-ucapannya. Asma binti Yazid bereperan sebagai dokter dalam peperangan bersama Rasulullah. Ia juga menjadi saudari bagi para janda yang ditinggal suaminya di medan perang. Banyak keluh kesah kaum muslimah yang dihaturkan kepada Asma binti Yazid. 

Ia pun pergi ke kediam Rasulullah dan menyampaikan. Jika laki-laki memiliki kuasa untuk berjihad dan mati syahid dalam peperangan dan mendapat pahala amalan yang besar atasnya. Apakah kami kaum wanita juga mendapat pahala, sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka. 

Dalam buku ini, rasulullah menjawab segala amalan yang dilakukan seoarang istri untuk mendapat ridho suaminya (selama tidak meninggalkan syariat), itu semua setimpal dengan seluruh amal yang dikerjakan kaum lelaki. Inilah cara islam memuliakan wanita. Memberikan ruang yang sesuai dengan fitrahnya. 

Bukan malah memaksa wanita beraktivitas bertentangan dengan fitrahnya. Wanita dan laki-laki dapat berbagi tugas dan berkolaborasi. Menjalankan ketaatan pada Allah SWT. Suesuai apa yang telah Allah perintahkan sesuai dengan fitrahnya masing-masing.

Memiliki anak perempuan merupakan suatu kemuliaan bagi orangtua. Karena baginya anak perempuan yang dis=asuh dengan penuh kasih dan saying dan menjadi anak yang berbakti akn menjadi penghalang neraka bagi kedua orang tuanya. Tumbuh menikah dengan lelaki yang baik agamanya. Seorang istri menjadi pelengkap separuh iman bagi suaminya. Hingga menjadi seorang ibu kedudukan wanita akan menjadi sangata mulia. Ibu kan menjadi lebi mulia 3x daripada ayah. 

Islam menyeru kepada kaum wanita untuk menutup aurat semata-mata untuk melindunginya dari kejahatan kasus pelecehan seksual yang banyak terjadi. Menutup aurat pun sebagaimana yang telah diatur oleh agama. Kaum wanita dilarang bermake up lebih karena tidak seharusnya sebuah berlian dipajang di tepi jalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun