Mohon tunggu...
Naila NafisatunMualamah
Naila NafisatunMualamah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung

Man Jadda Wa Jada Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Society 5.0: Meminimalisir Miskonsepsi Matematika

31 Desember 2022   19:10 Diperbarui: 31 Desember 2022   19:22 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Miskonsepsi matematika yaitu suatu jenis kesalahpahaman dalam memahami konsep-konsep matematika dan kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematis. Miskonsepsi dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu Careless errors (Ca), Concept errors (Co), dan Careless errors dan Concept errors (Ca an Co).

Careless errors (Ca) merupakan kesalahan yang biasanya dialami oleh siswa, kesalahan yang disebabkan karena kecerobohan. Kecerobohan tersebut seperti menulisakan kembali komponen-komponen soal, tanda operasi, dan hasil jawaban soal. Concept errors (Co) yaitu kesalahan yang sering dialami siswa ketika tidak memahami konsep dan prinsip matematika yang digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Sedangkan Careless errors dan Concept errors (Ca an Co) adalah kesalahan yang sering terjadi pada siswa, kesalahan ini disebabkan karena adanya kecerobohan dan kesalahan dalam memahami konsep matematika. 

Contoh miskonsepsi matematika apa saja?

Dari kebanyakan masyarakat jika ditanya berapakah nilai dari 0/0? Mestinya mereka dengan spontan menjawab dengan nol. Masuk akal pula jawaban tersebut, padahal jawaban tersebut kurang tepat. Lalu jawaban yang tepat bagaimana? Jawaban yang tepat adalah nilainya tidak terdefinisi. Kemudian jika diberi pertanyaan, berapakah nilai dari -42? tentunya banyak yang menjawab nilainya adalah 16. Nah jawaban tersebut tentunya kurang tepat. Jawaban yang tepat adalah -16. Pada konsep dasar perkalian juga sering terjadi kesalahan. Hampir semua orang menganggap 5 x 2 dan 2 x 5 itu sama. Memang secara hasil memiliki kesamaan, namun secara konsep terdapat perbedaan. 5 x 2 operasinya adalah 2 + 2 + 2 + 2 + 2 akan tetapi kebanyakan mereka menuliskannya 5 + 5. Jika 5 + 5 seharusnya yang tepat adalah 2 x 5. Jadi secara sederhana 5 x 2 dari operasi hitung 2 + 2 + 2 + 2 + 2 itu terdapat lima kali bilangan dua.

Konsep dasar operasi hitung juga masih terdapat kesalahan dalam memahami konsep. Kesalahan tersebut sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Padahal dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan suatu permasalahan membutuhkan pemahaman mengenai matematis. Misalnya, 3 x 8  2 + 6 -- 1 biasanya masih banyak orang-orang yang menyelesaikannya dari depan dahulu, padahal konsep tersebut salah. Seharusnya dihitung dari operasi pembagian, perkalian, penjumlahan, kemudian yang terakhir yaitu pengurangan.

Apa saja yang menyebabkan miskonsepsi?

Miskonsepsi sering terjadi pada siswa, ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan miskonsepsi siswa yaitu konsep awal yang salah, konsep yang dipelajari tidak sesuai dengan perkembangan kognitif, penalaran yang terbatas dan salah, penggunaan istilah sehari-hari yang salah, kemampuan siswa dalam menangkap dan memahami konsep yang dipelajari, dan minat siswa untuk mempelajari konsep yang diberikan dan diajarkan (Dwi, Rahayu, & Erman, 2013).

Miskonsepsi tidak terjadi pada siswa melainkan guru juga dapat mengalami miskonsepsi. Justru bisa jadi siswa mengalami miskonsepsi karena guru saat menjelaskan pelajaran matematika salah menjelaskan konsep awal. Oleh karena itu, pemahaman guru terhadap miskonsepsi matematika pada jenjang sekolah dasar sangat penting. Hal tersebut dapat berimplikasi bahwa selain memiki kompetensi profesional, kepribadian dan sosial yang baik, guru harus memiliki kompetensi Pedagogik content knowledge. Pedagogik content knowledge merupakan pengetahuan seorang guru untuk dapat mengantisipasi setiap pemahaman hasil belajar siswa dan salah pemahaman yang mungkin mucul pada siswa.

Miskonsepsi yang diajarkan guru biasanya mengajarkan bahwa tanda minus dan negatif memiliki arti yang sama, padahal tanda minus (-) didefinisikan untuk menandakan operasi hitung pengurangan. Sedangkan tanda negatif (-) didefinisikan sebagai tanda suatu bilangan yaitu bilangan negatif atau bilangan bulat negatif. Contohnya seperti saat membaca kalimat matematika. 6 + (4) = 2 biasanya dibaca enam ditambah minus empat hasilnya sama dengan dua. Bacaan kalimat matematika tersebut kurang tepat, seharusnya kalimat matematika tersebut dibaca enam ditambah negatif empat hasilnya sama dengan dua (positif).

Bagaimana meminimalisir miskonsepsi matematika di era Socity 5.0?

Pada era Society 5.0 kemampuan matematika harus diperhatikan dan dikembangkan agar tidak ada lagi miskonsepsi matematika. Jika miskonsepsi matematika rendah maka nilai test PISA pada kemampuan matematika akan meningkat. Untuk menghilangkan miskonsepsi Paul Suparno (2005) mengungkapkan bahwa ada tiga langkah untuk mengatasi miskonsepsi, yaitu mencari bentuk-bentuk miskonsepsi, mencari penyebab terjadinya miskonsepsi, serta mimilih metode yang tepat untuk meminimalisir miskonsepsi. Selain itu guru juga dituntut untuk memiliki pamahaman konsep yang matang agar jika disampaikan kepada siswa tidak terjadi miskonsepsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun