Mohon tunggu...
Heribertus Naif
Heribertus Naif Mohon Tunggu... -

just live for save our earth

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gara-Gara “Poaf “ Kosong, Warga TTU Kembali Berkebun

22 November 2011   11:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:20 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak tahun 2008, warga TTU melakukan pertambangan mangan. Awalnya pertambangan mangan dipandang sebagai bidang alternatif untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat. Banyak janji kesuksesan yang dikampanyekan bahwa dengan pertambangan mangan akanadanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), perbaikan kualitas hidup rakyat, penyerapan tenaga kerja dan berbagai kabar positif lain yang ditimbulkan dari pertambangan. Sedangkan berbagai dampak buruk dibungkus rapi para pejabat dan investor. Kerusakan lingkungan dan dampak sosial yang ditimbulkan hanyalah sebagai konsekuensi dari sebuah pilihan pertambangan.

Memasuki Mei hingga November 2011, kabupaten Timor Tengah Utara mengalami musim kering/panas. Seperti biasanya, berbagai aktifitas penyiapan lahan mulai dilakukan mayoritas penduduk Kabupaten TTU yang berprofesi petani. Padahal hampir dua tahun terakhir pertambangan mangan di kabupaten ini dinilai berjemaah. Tetapi aktifitas ini mulai ditinggalkan ketika harga mangan mengalami penurunan drastis. Awalnya harga mangan per/kg Rp. 300, namun setelah ada SK Penetapan harga minimal Rp.1000/per kg. Kemudian harga mangan terus meningkat hingga per/kg Rp. 1500. Tetapi sejak bulan Agustus harga mangan mulai mengalami penurunan drastis per/kg Rp. 300 - 500.

Menurunnya harga mangan ini kemudian mendorong petani di kabupaten TTU berbalik ke kebun untuk kembali melakukan aktifitasnya sebagai petani.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten TTU memiliki program Padat Karya Pangan (PKP) dimana setiap petani diwajibkan untuk mebuat teras sering di kebun petani masing-masing seluas 25 are/KK (Kepala Keluarga). Bila ada warga yang tidak membuat teras sering maka keluarga tersebut tidak akan mendapatkan beras miskin atau OPK. Hal ini diungkap seorang warga di desa Batnes, kecamatan Musi, ketika ditemui dan diwawancarai. Ini sebuah program yang bagus dimana para petani bisa dipacu untuk kembali meningkatkan daya pasokan pasokan pangan bagi kami (petani) di kabupaten ini. Lebih dari itu, kemanjaan petani selama ini diatasi, demikian sambungnya.

Dari pantauan kami selama beberapa tahun setelah ada pertambangan, kami tergiur dengan uang tunia yang diterima. Padalah pasokan pangan di lumbung petani (poaf)1 tidak ada/kosong. Padahal dulu sebelum ada pertambangan poaf (lumbung pangan) itu selalu ada jangung, padi, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Kendatipun jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan setahun. Karena itu, hendaknya pemerintah memikirkan untuk bagaimana kami bertani secara tepat guna di daerah lahan kering, agar kami bisa mengubah pola pertanian kami. Kami bertani dari apa yang dibuat leluhur kami.

Sebetulnya yang perlu dipikirkan juga tentang bagaimana pengadaan air dengan memulihkan daerah-daerah penyangga agar kembali menstabilkan debit air. Bila perlu dibuat sumur resapan, supaya air hujan yang ada tidak terbuang ke kali dan kemudian terbawa ke laut tanpa manfaat. Di kota kefa, justru mengharapkan air dari kawasan Mutis, demikian harapannya.

1 Poaf istilah lumbung bagi orang dawan (miomaffo). Poaf biasanya terdapat di rumah bulat (uim bubu) yang mana atapnya sampai menyentuh tanah. Rumah ini berbentuk bulat dan hanya memiliki 1 (satu) pintu. Di atas bubungan rumah dibuat sebuah ruangan untuk disimpan makanan. Sedangkan orang Insana biasanya terdapat pada lopo-lopo, dimana biasanya di lopo itu ada ruang di atas (plafon) lopo dan itu sebagai gudang makanan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun