Mohon tunggu...
Nahrul Hidayat
Nahrul Hidayat Mohon Tunggu... Jurnalis - Ia adalah Seorang mahasiswa hobi menulis dan aktif menulis dalam bidang ilmu pengetahuan

"Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Manuskrip Nusantara di Provinsi Banten

10 Desember 2020   11:16 Diperbarui: 10 Desember 2020   12:23 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: lektur.kemenag.go.id

Manuskrip merupakan sebuah tulisan naskah kuno yang ditulis langsung oleh para pendahulu kita, begitu singkatnya. Pada dasarnya manuskrip itu sangat erat kaitannya terhadap ilmu filologi dan kodikilogi namun memang sangat menarik sekali kedua ilmu ini terhadap manuskrip, menurut pendapat saya pribadi manuskrip sangat menarik untuk dikaji dan diteliti secara bersama, karena apa? 

Karena dengan kita mempelajari manuskrip serta kita mengamatinya kita bisa tahu apa yang telah ditulis oleh para pendahulu kita jadi kita bisa paham apa isi dari manuskrip yang ditulis oleh pendahulu kita pada masa itu. Diatas merupakan sebuah manuskrip yang ditulis langsung oleh nenek moyang kita di salah satu daerah di Provinsi Banten.

Banten merupakan provinsi yang ada di Indonesia, didalamnya terdapat banyak ribuan manuskrip, diatas adalah salah satu manuskrip digital yang saya temukan di salah satu website kementerian Agama yang ditemukan tepatnya merupakan naskah di salah satu koleksi Museum Banten Girang. 

Naskah ini merupakan kitab Asrar dimana kondisi naskah tersebut kurang lengkap serta tidak adanya cover di awal naskah tersebut, naskah diatas menggunakan sebagian besar dengan bahasa Arab dan Jawa serta menggunakan aksara Arab, dengan ketebalan 60 hal, setiap halaman ada 7 baris tulisan, dan ukuran naskah 26 x 21 cm, naskah ini tidak memiliki no halaman pada setiap lembarnya, serta naskah ini ditulis menggunakan kertas Eropa dengan water­mark dan counter mark, namun agak sulit untuk mengidentifikasinya, karena tertutupi oleh tulisan, dan ditulis dengan tinta hitam, dan di jilid dengan benang. 

Kondisi naskah agak terawat namun ada sedikit bagian yang rusak akan tetapi itu tidak sampai mengganggu pada tulisannya hanya kertasnya saja yang sudah mulai rusak. Naskah yang sudah mulai rusak pada halaman 14-19 yang dimana kertas nya sudah mulai robek dan rapuh, tapi tulisan nya masih terbaca sangat jelas.

Jika kita melihat dari isi salah satu manuskrip diatas bahwa naskah  tersebut menjelaskan tentang kedekatan atau taqarrub  kita kepada sang pencipta yakni Allah SWT. Pada bagian awal dari teks nya itu menjelaskan kepada kita tentang keutamaan Dzikir dan selalu mengingat Allah pada halaman pertama pada baris pertama dituliskan “udkuruni udkurukum wata hikabihi faklaan wanaha.., maknanya "anyebute sire kabeh ing isun maka isun anyebut ing sire kabeh lan ogeh ing sira kalaan iya-iye kautaman lan ogeh Allah". Jadi selayaknya bagi kita sebagai hamba Nya dalam keadaan apapun dan kondisi apapun harus selalu berdzikir kepada Allah. Allah SWT sangat mencintai hamba Nya yang selalu berdzikir kepada Nya.

Sumber gambar: lektur.kemenag.go.id
Sumber gambar: lektur.kemenag.go.id
Pada halaman 2 baris ke tujuh dituliskan “Qaala Shallalallahu alaihi wasallama afdhalu dzikri laailahaillallahu”. Yang artinya: Rasulullah SAW bersabda: Dzikir yang paling utama adalah mengucapkan laailahaillallah. Kemudian pada halaman 27 baris ke 7 dituliskan “Wa qaalallahu taala Wadzkurullaha katsiran laalakum tuflihun. Waqaulihi taala adzakiriina allaha katsiran wadzakiraat. Waqaulihi taala yaayyuhalladziina aamanudzkurullaha dzikran katsiran”. 

Yang artinya dan Allah SWT berfirman: Dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. Dan Allah SWT berfirman: laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah  SWT. Dan Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.

Telah jelas diatas bahwa jikalau kita sebagai hamba Allah selalu berdzikir menyebut asma Allah senantiasa kita termasuk orang yang beruntung, dan hati kita pun akan merasa tentram, damai, tenang, dan dengan kita berdzikir Allah sangat mencintai hamba Nya yang selalu senantiasa mengingat nama Nya.

Sumber gambar: lektur.kemenag.go.id
Sumber gambar: lektur.kemenag.go.id
Pada halaman terakhir dari naskah ini dituliskan “Allati la syaqqa wa ta ba’daha fayakfiika hadza syarafan idza hamala laka mahabbatullahi taala, wa laqod qaala shallahu alaihi wasallama idza ahabba Allahu abdan lam yadhurruhu dzanbu fattabiu lahu shallahu alaihi wasallama”. Yang dimaksud dari kutipan teks diatas yaitu bahwa kita harus selalu mengingat Allah, seperti sabda Rasul: Jika seseorang mencintai Allah sebagai hambanya maka tidak akan ada mudharat baginya maka seseorang tersebut diakui sebagai pengikut Rasullullah.

Kita sebagai generasi penerus sejatinya kita semua harus menjaga dan melestarikan manuskrip-manuskrip yang kita miliki agar tidak punah ataupun hilang dan rusak, sejatinya manuskrip itu adalah tulisan yang ditulis langsung oleh para pendahulu kita, maka dari itu kita harus merawatnya karena merupakan sejarah dan kekayaan budaya yang negara kita miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun