Bayangkan kamu sedang menunggu antrean di kasir.
 Orang di depanmu membuka dompet, dan kamu tanpa sadar memperhatikan: ada yang langsung tahu letak kartunya, membayar dengan cepat dan rapi; ada juga yang mencari-cari kartu, mengeluarkan struk lama, bahkan kaget menemukan uang yang lupa disimpan.
Perbedaan kecil ini menggambarkan cara berpikir dan kebiasaan hidup yang berbeda pula.
Dalam psikologi kognitif, kebiasaan mengorganisir benda sehari-hari erat kaitannya dengan kemampuan mengatur perhatian (executive function) dan manajemen waktu. Orang yang rapi biasanya memiliki sistem internal yang membantu mereka mengingat, menyusun prioritas, dan membuat keputusan dengan cepat.
Sementara mereka yang cenderung berantakan bukan berarti tidak mampu, melainkan mungkin punya fokus yang tersebar, banyak ide sekaligus, atau terlalu sibuk sehingga urusan kecil tidak sempat disentuh.
Riset dari SpringerOpen (2025) juga menemukan bahwa perilaku konsumsi seseorang---termasuk dalam memilih barang pribadi seperti dompet---bisa dipengaruhi oleh kecenderungan membandingkan diri dengan orang lain (social comparison). Semakin kuat dorongan ingin "setara" atau "lebih baik" dari orang lain, semakin tinggi pula kecenderungan berperilaku konsumtif dan materialistisÂ
4. Dompet dan Pola Manajemen Hidup
Menariknya, cara seseorang menata dompet sering berkaitan dengan bagaimana ia mengatur uang, waktu, dan prioritas hidup.
 Dompet yang rapi bisa menunjukkan kebiasaan mencatat pengeluaran, mengatur kebutuhan, dan membuat keputusan finansial dengan hati-hati.
Sebaliknya, dompet yang penuh struk bisa menjadi tanda bahwa pemiliknya sering berbelanja tanpa rencana, atau menunda hal-hal kecil seperti merapikan nota. Dalam psikologi, hal ini dikenal sebagai avoidance behavior --- perilaku menunda atau menghindari tugas sederhana karena merasa jenuh atau kewalahan.
Namun, penting diingat: dompet berantakan tidak selalu berarti hidup kacau. Banyak pria yang sukses dan bertanggung jawab tapi tetap membawa dompet tebal. Bisa jadi karena pekerjaannya menuntut membawa banyak bukti transaksi atau dokumen penting. Artinya, interpretasi harus selalu melihat konteks kehidupan masing-masing individu.
5. Refleksi Diri Lewat Isi Dompet
Daripada menilai orang lain, lebih baik kita melihat dompet sendiri.
 Apakah isi dompet kita mencerminkan hidup yang tertata, atau justru banyak "beban" yang sebenarnya tak perlu dibawa?
 Pertanyaan sederhana itu bisa menjadi latihan self-awareness---kemampuan mengenali kebiasaan, pikiran, dan emosi diri sendiri.
Penelitian dari International Journal of Environmental Research and Public Health (2022)Â menunjukkan bahwa melakukan tindakan sederhana seperti menata barang pribadi atau melakukan kebaikan kecil bisa menurunkan materialisme dan meningkatkan kepuasan hidup.
Jadi, mungkin langkah pertama untuk hidup lebih tenang bukan membeli dompet baru, tapi belajar merapikan yang lama.