Pernahkah kamu mencoba mengingat masa ketika masih berusia dua atau tiga tahun, tapi hasilnya nihil? Kamu mungkin hanya punya potongan samar: wajah ibu yang tersenyum, aroma susu hangat, atau cahaya lampu kamar. Fenomena ini bukan hal aneh. Hampir semua orang di dunia mengalaminya. Dalam psikologi, kondisi ini disebut amnesia infantil sebuah misteri tentang mengapa manusia tidak bisa mengingat masa kecil mereka sendiri.
 Apa Itu Amnesia Infantil?
Secara sederhana, amnesia infantil adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengingat peristiwa yang terjadi sebelum usia sekitar 3--4 tahun (Josselyn & Frankland, 2012). Meskipun otak bayi sudah aktif sejak lahir, sistem penyimpanan memori jangka panjangnya belum berfungsi sempurna. Akibatnya, pengalaman di masa awal kehidupan tidak terekam secara permanen.
Fenomena ini pertama kali dibahas oleh Sigmund Freud pada awal abad ke-20. Freud menganggap bahwa amnesia infantil terjadi karena mekanisme represi --- di mana otak menekan ingatan yang berhubungan dengan dorongan atau konflik emosional masa bayi (Freud, 1905). Namun, penelitian modern membuktikan penyebabnya jauh lebih kompleks dan bersifat biologis.
Perkembangan Otak: Kunci di Balik Lupa Masa Balita
Pada masa bayi, otak berkembang sangat cepat. Dua area penting, yaitu hipokampus dan korteks prefrontal, baru matang sepenuhnya ketika anak berusia sekitar 4 tahun. Padahal, kedua bagian ini berperan penting dalam membentuk dan mengkonsolidasikan memori jangka panjang (Bauer, 2007).
Penelitian oleh Josselyn dan Frankland (2012) menunjukkan bahwa selama masa bayi, otak mengalami neurogenesis --- pembentukan neuron baru dalam jumlah besar. Proses ini, meskipun penting untuk pertumbuhan, justru dapat "menghapus" jejak memori lama karena jaringan saraf terus berganti. Maka, memori masa balita pun seolah lenyap begitu saja dari ingatan sadar kita.
Bahasa dan Kesadaran Diri: Dua Elemen yang Terlambat Datang
Selain faktor biologis, amnesia infantil juga dipengaruhi oleh kemampuan bahasa dan kesadaran diri. Sebelum bisa berbicara, anak tidak memiliki sistem simbolik untuk menamai atau menarasikan pengalaman hidupnya. Menurut Fivush dan Nelson (2004), bahasa adalah kunci untuk menyimpan memori autobiografis. Tanpa bahasa, otak kesulitan menyusun pengalaman menjadi cerita yang bisa diingat kembali.
Begitu juga dengan kesadaran diri (self-awareness). Bayi belum memahami bahwa dirinya adalah individu yang sama dari waktu ke waktu. Karena itu, ia tidak bisa mengaitkan pengalaman masa lalu dengan identitasnya di masa kini. Baru sekitar usia 3--5 tahun, anak mulai mengenali dirinya secara konsisten --- dan saat itulah memori autobiografis mulai terbentuk secara stabil.
Apakah Benar Memori Masa Bayi Hilang Total?
Tidak sepenuhnya. Beberapa penelitian dalam neurosains modern menunjukkan bahwa sebagian memori masa bayi mungkin masih tersimpan di sistem bawah sadar. Meski tidak bisa diakses secara sadar, memori tersebut tetap bisa memengaruhi perilaku, emosi, dan kelekatan emosional di kemudian hari (Hayne, 2004).
Contohnya, bayi yang sering mendapatkan pelukan hangat dari orang tua akan mengembangkan respons emosi positif terhadap sentuhan. Sebaliknya, bayi yang tumbuh dalam lingkungan penuh stres bisa membawa pola kecemasan hingga dewasa, meski tidak pernah "mengingat" penyebabnya.
Pengaruh Pengalaman Awal terhadap Kehidupan Dewasa
Memahami amnesia infantil bukan hanya soal misteri memori, tapi juga tentang bagaimana pengalaman awal membentuk diri kita. Para ahli psikologi perkembangan percaya bahwa masa bayi adalah fondasi kepribadian, kelekatan, dan regulasi emosi. Walau tidak diingat secara sadar, pengalaman pada tahun-tahun pertama itu memberi "jejak emosional" yang membentuk cara kita berhubungan dengan dunia.
Teori Attachment oleh John Bowlby (1988) menegaskan bahwa kehangatan dan keamanan emosional yang dirasakan bayi akan menjadi dasar rasa percaya diri di masa depan. Artinya, memori mungkin terlupakan, tetapi efeknya tetap tertanam dalam pola hubungan dan perilaku sosial.
Mengapa Kita Baru Bisa Mengingat Setelah Usia Empat Tahun?
Menurut studi Bauer (2007), anak-anak mulai membentuk memori autobiografis yang tahan lama antara usia 4--5 tahun, saat sistem saraf dan fungsi bahasa telah berkembang pesat. Pada usia ini, anak sudah bisa memahami konsep waktu, mengaitkan peristiwa, dan menceritakan pengalaman mereka. Inilah sebabnya mengapa sebagian besar orang baru memiliki kenangan pertama sekitar usia itu seperti hari pertama sekolah, ulang tahun, atau kejadian menyenangkan lainnya.
Menyadari Nilai Pengalaman Awal
Meskipun kita tidak bisa mengingat masa balita, pengalaman di usia itu tetap sangat berharga. Mereka membentuk fondasi bagi perkembangan emosi, empati, dan kelekatan. Karena itu, para ahli menekankan pentingnya lingkungan yang aman, penuh kasih, dan responsif bagi bayi.
Seperti diungkapkan oleh Harvard Center on the Developing Child (2021), hubungan positif antara bayi dan pengasuh berperan besar dalam membentuk koneksi otak yang sehat dan daya tahan terhadap stres di masa depan. Dengan kata lain, pelukan, perhatian, dan rasa aman yang diberikan orang tua hari ini, mungkin tak diingat oleh anak --- tapi efeknya akan terasa seumur hidup.
Periode Usia Bayi Masa yang Vital
Amnesia infantil adalah fenomena alami yang menunjukkan bahwa memori manusia berkembang seiring waktu. Kita tidak bisa mengingat masa kecil bukan karena pengalaman itu tidak ada, melainkan karena otak dan sistem bahasa kita belum siap untuk menyimpannya secara permanen.
Namun, di balik "kelupaan" itu, ada pelajaran besar: masa bayi adalah periode yang sangat penting dalam membentuk siapa kita hari ini. Meski tak tersimpan di pikiran sadar, kenangan masa awal tetap hidup dalam cara kita merasakan, berempati, dan mencintai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI