Menjelang Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada 19 April 2025 di Tasikmalaya, Jawa Barat, suhu politik setempat terus mengalami eskalasi. Dua tokoh sentral---Ade Sugianto dan Cecep Nurul Yakin---menjadi sorotan utama publik seiring dengan intensitas adu strategi, pelaporan ke lembaga berwenang, dan pemanfaatan isu yang saling menyerang. Kondisi ini menuntut adanya kedewasaan dari para pemilih dan peran aktif pemerintah dalam menjaga kualitas demokrasi lokal.
Kontestasi Politik yang Semakin Memanas
PSU di Tasikmalaya bukan sekadar pengulangan prosedural, melainkan ujian terhadap kualitas institusi demokrasi di tingkat lokal. Suasana menjelang hari pemungutan suara menunjukkan tanda-tanda rivalitas yang semakin keras. Kubu Ade Sugianto dan Cecep Nurul Yakin terlihat saling tuding, mempersoalkan dugaan pelanggaran, dan mengangkat isu-isu yang kerap kali mengaburkan substansi pemilu itu sendiri.
Fenomena ini bukan hal baru dalam kontestasi politik lokal, terutama di daerah yang memiliki basis massa yang loyal. Sayangnya, jika dibiarkan tanpa kendali, persaingan politik semacam ini justru dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap proses pemilu, memperuncing polarisasi masyarakat, dan bahkan memicu konflik horizontal.
Strategi Bijak Pemilih Tasikmalaya
Di tengah atmosfer politik yang panas, pemilih justru memegang peran yang sangat krusial. Mereka tidak hanya sebagai penentu hasil akhir, tetapi juga sebagai aktor penyeimbang yang mampu menjaga marwah demokrasi. Oleh karena itu, strategi pemilih yang bijak menjadi sangat penting.
1. Meningkatkan Literasi Politik
Pemilih Tasikmalaya perlu membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai visi, misi, dan rekam jejak para calon. Dalam era digital yang sarat dengan disinformasi, kemampuan untuk menyaring informasi menjadi senjata utama agar tidak terjebak dalam kampanye hitam maupun hoaks yang sengaja disebarkan untuk menjatuhkan lawan politik.
2. Menjaga Netralitas dan Etika Bermedia Sosial
Media sosial kerap menjadi alat utama dalam memobilisasi dukungan, namun juga bisa menjadi alat perpecahan jika tidak digunakan secara bertanggung jawab. Pemilih hendaknya tetap netral, tidak menyebarkan ujaran kebencian, dan menghindari debat kusir yang tidak produktif. Pendewasaan sikap di ruang publik digital mencerminkan kedewasaan demokrasi itu sendiri.
3. Fokus pada Program, Bukan Isu PribadiÂ
Seringkali, kampanye politik justru terjebak pada isu personal dan serangan karakter (character assassination). Pemilih yang cerdas akan melihat substansi program yang ditawarkan, serta sejauh mana calon mampu memberikan solusi konkret atas persoalan daerah seperti kemiskinan, pengangguran, infrastruktur, dan pelayanan publik.
4. Tidak Tergoda Politik Uang
Politik uang masih menjadi momok dalam setiap pesta demokrasi. Pemilih Tasikmalaya harus menyadari bahwa menerima uang atau barang untuk memilih calon tertentu bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga menggadaikan masa depan daerah.
Peran Pemerintah dalam Menjamin Demokrasi yang Sehat
Di tengah kondisi memanas, pemerintah memiliki tanggung jawab strategis untuk memastikan bahwa PSU berjalan jujur, adil, dan damai. Terdapat beberapa peran penting yang harus diemban pemerintah, baik pusat maupun daerah:
1. Menjamin Netralitas Aparatur Negara
Netralitas ASN, TNI, dan Polri harus dijaga ketat. Pemerintah perlu memastikan bahwa seluruh perangkat negara tidak memihak salah satu calon, baik secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi dalam bentuk apapun akan mencederai proses demokrasi.