Di era digital yang serba cepat dan penuh sorotan, fenomena star syndrome semakin sering terdengar, tidak hanya di kalangan selebritas tetapi juga merambah ke influencer, tokoh muda, bahkan pelajar atau mahasiswa yang tiba-tiba mendapatkan popularitas.Â
Star syndrome merupakan kondisi psikologis di mana seseorang merasa dirinya lebih hebat, penting, atau istimewa dibandingkan orang lain setelah mendapatkan ketenaran atau pencapaian tertentu. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa menimbulkan dampak negatif, baik bagi individu maupun lingkungan sekitarnya.
Mengapa Star Syndrome Terjadi?
Fenomena ini biasanya muncul ketika seseorang mendadak mendapatkan pengakuan atau sorotan publik. Misalnya, seorang siswa yang terus-menerus dipuji karena prestasinya, seorang konten kreator yang viral, atau pekerja yang tiba-tiba naik daun karena pencapaiannya. Popularitas yang mendadak membuat mereka merasa berbeda dan istimewa, sehingga tanpa disadari mulai menganggap orang lain di sekitarnya lebih rendah atau tidak selevel.
Faktor pemicu lainnya bisa berupa:
- Kurangnya kontrol emosi dan kesadaran diri.
- Terlalu banyak pujian tanpa kritik membangun.
- Minimnya dukungan lingkungan yang seimbang dan objektif.
- Pengaruh media sosial yang memperkuat ego melalui likes, views, dan komentar positif.
Tanda-Tanda Seseorang Mengalami Star Syndrome
Beberapa ciri khas orang dengan star syndrome antara lain:
- Merasa selalu benar dan sulit menerima kritik.
- Cenderung menuntut perlakuan khusus.
- Merendahkan orang lain yang dianggap tidak setara.
- Mengandalkan pencitraan untuk mempertahankan popularitas.
- Ketergantungan pada validasi eksternal.
Meski tampak sepele, jika dibiarkan berlarut, star syndrome bisa menurunkan kualitas hubungan sosial, memicu konflik, bahkan menimbulkan rasa kesepian dan stres ketika popularitas menurun.
Strategi Mengatasi Star Syndrome
Untungnya, star syndrome bukan kondisi permanen. Ada berbagai langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau mencegahnya, antara lain:
1. Meningkatkan Kesadaran Diri (Self-awareness)
Langkah pertama dan paling penting adalah menyadari bahwa popularitas adalah sesuatu yang bisa datang dan pergi. Mengakui bahwa semua pencapaian bukan hasil usaha sendiri semata, melainkan juga karena dukungan orang lain, adalah bentuk kedewasaan yang menyehatkan ego.
2. Terbuka Terhadap Kritik
Belajarlah menerima masukan dan kritik secara objektif. Bukan semua yang tidak memuji berarti membenci. Sering kali, kritik justru menjadi alat bantu untuk memperbaiki diri dan tumbuh lebih baik.
3. Kembali ke Realitas Sehari-Hari
Terlibatlah dalam kegiatan yang membumi, seperti berkontribusi dalam komunitas, membantu sesama, atau sekadar berkumpul dengan teman-teman yang tidak memandangmu sebagai "bintang." Ini membantu menjaga perspektif dan meredam ego berlebihan.
4. Membangun Lingkungan Sosial yang Sehat
Lingkungan yang jujur, suportif, dan tidak selalu menyanjung bisa menjadi penyeimbang yang efektif. Teman atau keluarga yang berani menegur ketika kamu mulai berlebihan adalah aset berharga.