Â
Karya : Â NaharÂ
Jam istirahat
Dari bibir wanita tersirat
Ribuan makna telah ada di wajahnya
Bukan maksudnya mengembalikan tenaga
Mungkin hanya menghadirkan yang telah lenyap, dan hampir tiada
Faal getah bening, kinerja ranting-ranting pembuluh, dari tim sistem imunitas tubuhku
Adalah jembatan bagi si jantung yang tanpa berdenting
Ia hanya mengikuti suratan takdirnya, dari guguran daun yang jatuh di sana
Tentang waktu berencana
Telah banyak kulihat propaganda daun swanggi
Swabela jahil, swanama paling suka
Semoga pada belantara tobat terbuka hanya menuruti waktunya,
ya... Tuhan memang selalu terbuka
Merasa sempit... mungkin hanya perasangka
Tiada perapian terhangat... selain neraka
Niscaya tak akan ada lagi penerka... yang hanya terkecuali neraka telah dihadapkan ke wajahnya
Jam istirahat
Aku melihat sirat goda jahiliah
Daayah permai suara perasangka
Permadaninya berklise garis tercetak tengah mengerang, sekejap mengerangkeng hati dengan caranya membunuh sudut pandangku Â
Akhirnya...
Kusemat jauh ke palung paling rasa
Alhasil, dasar jiwaku runtuh... sebab lama kusimpan indahnya Â
Dengan jutaan ratap-ratap akan sedapnya lidah, kutelah berjamur seiring usia Â
Yang mana sekeliling saraf-saraf nyamanku dibuatnya berkarat, kesekian kali ia berhasil menggagalkan kusala awal khusuk langkahku, kepada parameter hati, pikiran, sepasang mata dan telinga
Beristirahatlah jasad_
Dan menyerahlah, pada keinginan semata sahaja_
Meyakini Allah, yang selalu terbuka untukku, untuk kita_(:
Tanggerang, 26 November
_______________________