Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hati-hati Pengangguran Ini Meresahkan

24 Juni 2023   11:51 Diperbarui: 24 Juni 2023   11:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hahaha. Sabtu 24 Juni 2023 pukul 10:22 WIB pingin latihan menulis apapun yang ingin aku tulis. Rasa ku sudah seperti minum obat dengan dosis besar, kaki ku sudah seperti penggiling aspal sudah tidak merasakan sakit kala meginjak duri, dengan santainya menggilas kaca, tangan ku sudah seperti kulit buaya kapalan tebal nan keras tidak lagi merasakan panas bara, telingaku sudah tuli akan suara-suara yang menyayat hati, mata ku sudah buta akan rupa dan warna dunia, lisan ku sudah bisu akan perkataan kotor yang menjijikkan dan merugikan.

Sedari dirumah, semenjak pandemi setelah aku gagal mendirikan gubuk bambu, yang ku niatkan sebagai wadah kreatifitas pemuda. Kala itu memang sudah ramai, tiap hari tiap malam pemuda berdatangan untuk sekedar ngopi, sharing, ngegame dengan alasan daripada main game dirumah dimarahi orangtua. Aktifitas ku hari-hari aku habiskan digubuk, aku singgah disana, Berjalan satu tahun, sembari memaksimalkan pengelolaan potensi desa yang ada, salah-satunya kopi, aku olah kopi dengan konsep kekinian dan aku bbandrol harga seikhlasnya untuk warga kelurahan wadas. 

Mulailah aksi ku diendus oleh orang-orang yang tentunya tidak suka dengan kehadiran ku, tak sedikit yang gemar nyinyir dibelakang ku, banyak yang menganggap ku gila, penolakan Demi penolakan, alhamdulillah niat ku sembari edukasi, bahwa komoditas kopi desa ini bisa dikembangkan, perlahan orang yang kesawah lewat gubuk aku uruh mampir, aku bikinkan kopi dengan tekhnik V60 niat ku memang meracuni mereka agar mampu merasakan bahwa kopi desa ini ternyata bisa disajikan dengan rasa yang cukup enak. Semakin banyak yang datang semakin banyak juga yang sirik, orang-orang yang tidak suka terus menerus membicarakan ku dibelakang. Banyak tuduhan-tudahan yang dilemparkan kepada ku. Tapi ya, aku hanya berusaha terus membuktikan. 

Sampai pada satu moment kala itu peringatan hari musik international, aku mengadakan sebuah acara kecil, acara musik seperti pentas seni, yang diisi pemusik lokal, alhamdulillah yang mengikuti malah melebihi target, tema acara yakni "melody pinggir kali" dan sekaligus "ngopi suka-suka bayar seikhlasnya" pemuda sangat antusias, kami bergotong royong untuk membuat konsep yang dadakan ini, tak hanya pemuda Desa setempat yang turut hadir, banyak juga yang dari luar kota (efek media sosial) bahkan rombongan mobil dari Kendal, Semarang, Pekalongan dan Jogja. Yang mana sedikit yang aku kenal, satu kawan membawa satu rombongan.

Waktu itu musim hujan, beberapa dokumentasi acara aku simpan di instagram @amerta.raya seluruh tamu yang datang rela copot sandal melewati medan yang berlumpur hanya untuk acara itu. Konsep aku tata sedetail mungkin, dari mulai meminjam lapangan voli untuk digunakan parkir, bukan meminjam tapi aku menyewa, dijaga oleh pemuda setempat dengan tarif seikhlasnya yang mana uangnya di sedekahkan ke mushola. Jalan setapak sepanjang 400 meter dihiasi obor bambu, tapi menyala tidak lama, mati karena terguyur hujan. Acara pun sempat terhenti karena khawatir alat musiknya kehujanan. Setiap tempat duduk diletakkan satu lampu minyak warna-warni, pun kolam ikan dan sungai dihiasi cahaya lilin. Acara Berjalan meriah, bahkan sangat meriah meskipun banyak keterbatasan perlengkapan, pun terkendala hujan.

Hal tersebut menjadi sebuah sejarah, dimana kali pertama terbentuk sebuah acara musik ditengah hutan dipinggir sungai, kali pertama dikampung acara musik seperti ini. Dengan menggandeng pemuda karangtaruna, harapan ku beberapa diantara mereka yang memiliki bakat dan potensi beramusik mampu tersalurkan dan memiliki wadah. Mereka berani mulai tampil, walau masih malu-malu dipanggung, terus aku pakasa untuk tampil, aku memngapresiasi kerja keras mereka. Bakat-bakat yang terpendam mulai kelihatan. Pemuda semakin percaya diri, dengan adanya wadah gubuk bambu sederhana ini. 

Banyak yang bangga khususnya pemuda karangtaruna, tapi tak sedikit juga orang yang tidak suka. Semakin nyinyir menyebar hasutan-hasutan, hahaha, maklum saja dikampung dengan SDM yang rendah literasi. Sampai keluarga besar ku sempat terhasut, Bapak-Simbok pun sempat baper. Tapi perlahan aku jelaskan seluruhnya detail aku paparkan agar mereka tercerahkan, berjalan beberapa bulan dan jualan kopi digubuk itu pun lumayan laku, setiap minggu uang hasil jualan kopi aku kasihkan ke Simbok, disitu Simbok mulai sedikit tenang. Nah pas mulai rame pas datanglah covid varian delta yang sangat ganas, peraturan desa lumayan ketat kala itu, karena banyak kematian dikampung ku. Aku terpaksa mengikuti peraturan pemerintah dengan menutup gubuk singgah ku, paling kadang malam satu-dua kawan yang datang. Tutup satu tahun, dan sampai sekarang belum pulih lagi, jualan kopi belum bisa ku mulai lagi, kali ini gubuk lebih sepi karena mayoritas pemuda me rantau buruh bangunan di Jakarta. Akan terasa ambience dan iklim kala acara di gubuk singgah ku saat melihat dokumentasi di instagram @amerta.raya, baca saja captionnya merangkum cerita kala itu. Walaupun instagram tidak ada follower nya. Hahaha. Akhir acara aku ajak bakar-bakar ayam untuk para pemuda yang terlibat dari awal acara yang menjadi tim inti. Alhamdulillah kala itu aku dapat dana banpres dan prakerja yang aku gunakan untuk mendanai seluruh kebutuhan acara. Senang rasanya mampu melihat meraka senang dan bahagia. InsyaAlloh kedepan bikin acara lagi dengan persiapan yang jauh lebih matang dan lebih solid lagi. Untuk pemuda karangtaruna I love you. Semangat gnerasi muda Indonesia untuk kemajuan bangsa. Dari desa untuk Indonesia maju, Indonesia emas. Barokalloh. 

Alhamdulillah semuanya adalah proses yang harus aku hadapi, semua memberikan ibrah dan banyak pelajaran berharga dari setiap kejadian atas diri ini. Weladalah rakroso wis jam 11:51 WIB aku akhiri latihan menulis siang ini, sholat dzuhur, terus lanjut nonton TVRI Klik Indonesia Siang, terus tidur siang. Hati-hati pengangguran ini meresahkan. Hahaha matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa selalu bahagia. Barokalloh. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun